Puisi Sayyidina Akkasah "Senandung Sunyi Bumi Pada Langitku" Puisi Cinta Dan Senja - Sampah Kata
Meredup bias di mega memerah
di ufuk senja
meranggaskan setangkup rasa
Hiasi alam
dalam syahdu di remang mungil cahaya kunang-kunang
Desir angin berhenti berlari
tatapnya singgah di ujung netra dengan kasvas bersiluet rupa
Mencabar
rencis hati pada tempias basah di rahim jiwa
Dan langkah
yang lelah'pun gontai tertekuk lunglai tanpa daya
Pada semburatnya tetap mengiringi laju sang waktu
yang tanpa tahu akan kemana
Kembara
Palung jiwa bagai musafir kerontang dahaga
Detik
sedikit terpaku bersembunyi di dalam diam
Menanti
waktu yang terhalang dan terlambat datang
Entah apa
yang menjadi rancunya biduk larang penghalang
Dan aku
hanya mampu terpana tergamang dan terdiam
Dalam gelora
tanya yang menjejerkan deret-deret titik sebelum koma
Mengapa lama terasa gantungan rindu
di rinai indah kelopak yang membasah
Sedangkan
hati sudah terbius lama dan teramat sangat lama
Senyum yang menggulita netra
bukan nafsu yang menjerat raga pada tubuh
Bukan
rupawan yang menarik jiwa di remah-remah selembar cinta
Tetapi rindu yang menggebu
dan membongkah di Palung yang paling kalbu
Dan menyandingkan di jantung jiwa
untuk menjemputmu di dalam indah roncean
doa-doaku
Syahdu di senandung kesaksian ciuman bumi pada langitku
Langsung saja lihat Facebooknya : Sayyidina Akkasah
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment