Cerbung Dunia Wanita "Belenggu Tak Kasat Mata" Eps 1 Oleh Rita Mayasari

Table of Contents

 Cerbung Dunia Wanita "Belenggu Tak Kasat Mata" Eps 1 Oleh Rita Mayasari

DUNIA WANITA : BELENGGU TAK KASAT MATA

Oleh : Rita Mayasari

Eps 1

Berawal dari gosip murahan para tetangga, tentang wanita berbadan gemuk yang jauh dari jodoh. Berkisah pula si tukang sayur tentang teman dari temannya yang tak kunjung menikah hingga rambutnya mulai berwarna keperakan karena mengejar impian menjadi wanita karier.

Seakan berlomba cerita siapa yang paling hebat, yayuk penjual jamu pun menimpali, tentang bagaimana kakak iparnya yang tidak kunjung mempunyai anak karena menikah diusianya yang sudah tak lagi muda. Disahuti dengan aneka cerita lainnya dari ibu-ibu komplek yang sukses membuat panas telinga seorang wanita paruh baya. Dari tadi ia hanya diam mendengarkan sambil sesekali melempar senyum hambar. Dia Sadina, yang kerap dipanggil Bu Dina oleh para tetangga.

Dengan mempercepat gerak tangannya, ia berhasil mengumpulkan beberapa bumbu dapur, sayur dan ikan untuk membuat dapurnya mengepul hari ini. Tanpa banyak basa basi, ia pamit lalu melangkah pergi dari kelompok toxic dipagi hari itu.

Sesampai di rumah, ia meletakkan semua belanjaan tersebut diatas meja makan begitu saja. Dengan langkah cepat ia menuju kamar dan meraih ponselnya. Tangannya menjelajahi layar sentuh benda berukuran setengah talenan tersebut, dan berhenti disebuah tulisan bertuliskan nama SABRINA. Ditekannya gambar telepon yang tertera. Cukup lama, karena harus mengulang beberapa kali proses sambungannya.

Sampai akhirnya terdengar suara parau dari belahan lain dunia. "Assalamualaikum mama"..

Dijawab Bu Dina setelah hembusan panjang nafasnya "wa'alaikumsallam.. Sabrina Anastasya, kamu punya jam?

Jam tangan, jam dinding atau bahkan di HP mu?". Sabrina yang tadinya masih mengambang diantara mimpi dan nyata, mendadak segar mendengar nada bicara dan kalimat ibunya. Lalu ia bertanya alasan kenapa ibunya menelpon pagi-pagi sekali dihari libur, hanya sekedar bertanya tentang jam yang ia miliki.

Dan sang ibu pun mulai dengan siraman rohani tentang bagaimana menjadi wanita yang dituntut bangun lebih pagi dari pada ayam berkokok, tentang rezeki yang menjauh dari para penikmat mimpi yang berkelana hingga matahari meninggi, dan berujung dengan bagian inti dari tujuan telepon ibunya pagi ini, tentang jodoh.

Bagaimana malunya seorang ibu dijaman milenial yang memiliki anak perawan yang dianggap tak laku-laku, dan buruknya lagi kehidupan sosial "bertetangga" yang merasa semua urusan warga adalah urusan bersama termasuk hal-hal dalam rumah tangga masing-masing keluarga. 

Dan hal terburuk dari semua keburukan itu, Sabrina adalah seorang gadis dengan bobot yang bisa dikatakan gendut, usia melewati kepala tiga dan masih sibuk mengejar karirnya di tanah rantau. Semua yang didengar ibunya tadi pagi adalah racun yang diramu dalam ghibahan yang diartikannya sebagai sindiran.

Hingga sambungan telepon seluler itu diputuskan ibunya, hanya sepenggal kalimat yang terucap dari bibir Sabrina "maafkan Bina mama", tanpa mendapat jawaban lagi dari ibunya karena dalam hitungan detik setelahnya, telepon berakhir.

Sabrina kehilangan moodnya untuk sekedar mandi bahkan sarapan. Namun ia pun tak bisa kembali lelap karena terngiang kata-kata sang ibu..

Lanjut Baca KLIK >>> Halaman 2

Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi

Post a Comment