Diamku Menyimpan Luka Cerpen Karya Aisyah Ahmad - Sampah Kata

Table of Contents

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam kopi pahit...
Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek yang mengisahkan  tentang cinta, kehidupan, bahagia, sedih, rindu dan alam. Oleh karena itu, pada postingan ini, admin ingin membagikan contoh cerpen sedih terbaik Aisyah Ahmad yang dikutip dari Grup 
Komunitas Bisa Menulis di Facebook. 

Dalam hal ini admin menekankan bahwa sumber tulisan dan hak cipta sepenuhnya milik penulis. Selamat membaca!.


Diamku Menyimpan Luka
By Aisyah Ahmad

Sebaik dan selembut apapun hati wanita bila disakita dia bisa berubah seperti singa betina. 
Namun berbeda denganku, aku punya caraku sendiri untuk mengapresiasikan amarahku. .Rumah tangga ini terasa hambar sejak sebulan lalu mas Harsa membawa istri sirinya beserta anaknya tinggal dirumah kami. Oh bukan. Ini rumahku, rumah pemberian orangtuaku sebagai hadiah pernikahan kami.
Namun begitu aku masih teta melaksanakan tugasku sebagai istri dirumah ini. Aku tak mau kalah dong.
Tetanggaku sering sekali mencibirku, mereka bilang aku terlalu bodoh, aku terlalu bucin hingga tak mampu meninggalkan laki laki yang telah menyakitiku. Sudahlah, Anggap saja mereka sayang dan perduli kepadaku. aku tak akan menyerah. Aku akan tetap mempertahankan apa yang kumiliki.

Pagi ini seperti biasa aku menyiapkan sarapan. Untuk keluarga. Sementara Kiara istri siri mas Harsa masih dikamar mengurus bayinya. Malam ini jadwal mas Harsa bersama istri keduanya.
Mas Harsa membaginya 3 hari 3 malam untuk kami. 
Tapi saat malam bersamaku aku belum berminat untuk memberikan haknya atas diriku di ranjang. Hatiku masih sakit atas semua penghianatan yang ia lakukan.
Mas Harsa keluar kamar kia sudah rapi dan mau berangkat kerja, aku segera berlalu, rasanya masih enggan berlama lama berhadapan dengannya. 

Aku berjalan kearah pintu keluar tanpa memerhatikan langkah mas Harsa, sesaat kemudian ia mencekal lenganku.
"Kita perlu bicara Fia"
Sesegera aku menepis tangannya.
"Sudahlah mas, aku buru-buru ada janji sama temen"
"Tunggu Fia !"
"Bicara nanti malam saja mas, kan jadwal Fia"
"Baik. Mas tunggu ya Fi, Mas kangen sama Fia" .
Secepat kilat aku melesat meninggalkan mas Harsa yang termenung sendiri di meja makan.

Hah. Kangen dia bilang ? Selama ini kemana aja mas, kamu menghianatiku tanpa memperdulikan perasaanku.
Hah. Saat kamu mencumbui wanita lain, saat kamu menikmati tubuh wanita lain tak ingatkah sedikit tentang aku ?
Hah ? Baru sekarang kamu bilang kangen ?
Semudah itu mas ?. 
Dan alasanmu sangat klasik mas.
Usia pernikahan kita yang masih seusia jagung ini kau merusaknya dengan hama yang sangat ganas.

Semudah itu dia bilang bahwa wanita lebih mudah memaafkan dari pada mengizinkan. Kamu salah ferguso ! . Luka ini tetap menganga walaupun bagaimanapun kamu berusaha menambalnya.
Setelah lelah mengelilingi kota aku segera pulang, waktu sudah hampir jam 9 malam. Sebenarnya memang tak ada janji temu dengan siapapun hari ini. Hanya alasanku saja karna aku tak betah dirumah berdua bersama Kia saat mas Harsa di kantor. Hatiku tak sekuat emak netizen. Jadi aku lebih memilih keluar menikmati udara segar..

Selama sebulan terakhir ini aku memang jarang dirumah. Aku lebih sering menghabiskan waktu di toko mebelku dan jalan keliling kota kalau sedang jenuh.
Aku memiliki toko mebel di ujung kota ini tanpa mas Harsa tau. Pas memberiku modal usaha untuk menunjang hidup kami dan masa depan anak anakku kelak, rencananya kalau toko ini sudah maju aku akan memberikan toko ini kepada mas Harsa, dan saat ini sudah maju, mas Harsa main serong membuatku berfikir ulang atas rencanaku. Aku tak akan rela bila wanita itu tinggal enaknya saja menikmati jerih payahnya 

Kamarku sudah tertata rapi dengan badcovet berwarna biru laut warna kesukaanku. Lampu redup juga sudah menyala. Mungkin mas Harsa yang menata semuanya.
Biasanya dulu kalau sudah begini maka Mas Harsa menginginkan haknya atas diriku.
"Sudah pulang sayang?"
"Ya"
"Capek banget ya?, Sini mas pijitin".
"Mau mandi dulu"
15 menit setelah kekamar mandi aku.menjatuhkan.bokongku di sofa bedku . Saat mas harsabermalam dikamar ku aku lebih sering menghabiskan malam ku disini, tidur ataupun hanya sekedar menulis karya di aplikasi menulis. 

"Loh. Kok disitu, sini dong" 
"Aku capek mas, katanya tadi mau ngomong. Ngomong apa ? Yaudah ngomong aja!"
"Nanti aja lah Fi. Sini dong mas kangen nih" dengan logat manjanya. Dulu sebelum tragedi penghianatan ini, saat saat seperti inilah yang mengeratkan kami. Berbanding terbalik jika itu terjadi saat ini.
"Yaudah. Kalau nggak mau ngomong aku mau tidur." 
"Iya iya Khafia sayang. Mas ngerasa kamu sekarang berubah ya Fi, sering banget keluar, dan sikap Fia sama mas dingin banget, acuh, mas kangen sama Fia yang manja"

"Halooo,,.mas, gimana Fia nggak dingin, mas yang menghancurkan kehangatan diantara kita, mas yang masukin duri dalam rumahtangga kita."
"Kan sudah kita bicarakan ini Fi, ayolah, berdamai dengan keadaan"
"Apa mas kamu bilang? Berdamai dengan keadaan ?. Semudah itu ya mas kamu bilang!. Egois kamu mas !"
"Sudah dong Fi, mas kan sudah minta maaf"
"Sudah terlambat mas ! Udahlah mas Fia capek. Fia mau tidur. Mending mas sana tidur sama istri kesayangan mas !"
Aku mengusirnya keluar kamar. Dari balik pintu masih terdengar mas Harsa memanggil manggil namaku. Aku tak perduli, air mata ini terus luruh tanpa bisa dihentikan.

Apa yang harus kulakukan ya Robbi !.
Aku bukan pembenci poligami, tapi caranya yang salah, mas Harsa berselingkuh di belakangku, bahkan menikah diam diam hingga punya anak. walau dia sudah mengakuinya. Hatiku sudah terlanjur kecewa dibuatnya.

Flasback
Sebulan yang lalu.
Saat jam istirahat kantor mas Harsa pulang, memang kebiasaannya begitu, ia selalu pulang walau hanya sekedar menemaniku makan siang. Namun ada yang berbeda kali ini, dia tak pulang sendiri, melainkan bersama seorang wanita yang kuperkirakan seusia denganku dengan seorang bayi mungkin berusia sekitar 3 bulanan.

"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam. Loh, ini siapa mas ?"
"Yuk masuk dulu ! Tanpa menjawab pertanyaanku mas Harsa memilih masuk mengajakku dan juga wanita itu. Aku yang masih kebingungan duduk di hadapan mas Harsa. Menuntut jawaban atas apa yang kutanyakan.
"Kiara, ini Fia istriku. Dan Fia, ini adalah Kiara. Istriku juga dan ini Rania, putri kami ?"
"Apa ?" Apa-apaan ini mas, mas bercanda kan. Gak mungkin" walau aku mencoba untuk tidak percaya tapi hatiku tak bisa dibohongi, rasanya sakit bagai ditusuk belati dan sendi sendiku mulai lemah dan lemas.

"Benar Fia, mas nggak sedang bercanda. Mas Harap kamu mau ngerti"
"Gak, gak mungkin mas. Sejak kapan kalian menikah ? Jawab mas!" Suaraku semakin bergetar
"Satu  tahun yang lalu Fia."
"Tega kamu mas!"
Aku memukul dadanya lalu pergi meninggalkan mereka diruang tamu. Kukunci kamarku dan menangis sejadinya. Bagaimana dia setega itu, pernikahan kami bahkan baru 3 tahun, dia sudah berani seperti ini. 
"Fia, buka Fia ! dengerin penjelasan mas dulu Fia,"
"Jahat kamu mas. Kurang apa aku hah !" 

"Fia, dengerin mas dulu. Maafin mas Fia, mas hanya ingin seorang anak. Dan Kiara bisa memberiku anak Fi"
"Astagfirullahaladzim mas, ya Allah ya Karim... Memangnya mas Fikir aku mau seperti ini. Aku juga ingin anak mas, jika aku bisa meminta aku akan meminta. Tapi takdir belum berpihak padaku. Lagipula pernikahan kita baru 3 tahun kamu tidak memberiku kesempatan untuk berusaha lagi. 

Dan kamu selingkuh saat usia pernikahan kita baru 2 tahun ?. Picik sekali kamu mas !"
"Fia sayang kamu bisa menganggap Rania seperti anakmu sendiri sayang!"
Aku sudah tidak bisa lagi mendengar ucapannya, kamu tak bisa di percaya.
Baiklah mas ! Kamu yang mengibarkan bendera perang kepadaku !

***
Demikian contoh cerpen sedih terbaik Aisyah Ahmad. Dikutip dari Grup Komunitas Belajar Menulis (KBM) di Facebook.


(Catatan Penutup)

Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi

Post a Comment