5 Puisi Nova Elvira Tentang Rindu yang Telah Mati Kumpulan Puisi Cinta Pendek Penuh Makna

Table of Contents
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam kopi pahit...
Puisi merupakan ungkapan perasaan yang menggambarkan tentang cinta, kehidupan, bahagia, sedih, rindu dan alam. Oleh karenanya pada postingan ini, admin ingin membagikan puisi karya Nova ElviraDalam hal ini admin menekankan bahwa sumber tulisan dan hak cipta sepenuhnya milik penulis. 

Puisi Sampah Kata Seniman Bisu
Sumber Foto : pixabay.com


Haruskah

Karya : Nova Elvira


Haruskah aku dilupakan

Tanpa ada penjelasan

Mengapa aku di abaikan

Tanpa adanya kebenaran


Mengapa tak ia fikirkan

Dengan semua yang dia lakukan

Tidakkah dia tahu hati ini

Akan terluka bila di lukai


Mengapa kau curangngi

Kau lupakan aku

Kau tutupi hadirku

Yang ada untuk mu


Haruskah ku rasakan kecewa ini

Tanpa harus kau tahu

Sakitnya hati ku.


Haruskah,,haruskah aku selalu begini

Agar kau tetap di sini

Padang Sumatra Barat, 26-09-2021



Rindu Yang Telah Mati

Karya : Nova Elvira


Berulang kali aku mencoba

Agar engkau maju kembali

Tapi tak pernah kau coba

Memahami rasa di hatiku ini


Kau pergi dan terus pergi

Tak maju pedulikan ku lagi

Hingga rasa ini musnah sudah

Hingga rindu ini mati oleh waktu


Mengapa kini engkau datang kembali

Setelah sekian lama kita berpisah

Dan mengapa kini kau coba

Hidupkan rindu yang telah mati


Tak mungkin....

Tak mungkin lagi...

Menerimamu kembali...

Kerana cinta dan rinduku

Padamu kini telah terganti...

Padang Sumatra Barat, 27-09-2021



Telunjuk Itu

Karya : Nova Elvira


Masih tebal dalam ingatanku

Bagaimana telunjuk itu perlahan melepaskan genggamanku

Agar aku mampu berdiri berjalan dengan kuat


Masih tebal dalam ingatanku

Telunjuk itu mengenalkan aku pada Alif Hijaiyah


Semua sungguh masih tebal dalam ingatanku

Tentang besarnya arti telunjuk itu

Walau kini telunjuk itu hanya tinggal kenangan


Namun telunjuk itu begitu sangat harum

Jelas...

Walau hanya bayangan yang tak dapat lagi ku sentuh


Isi telunjuk itu kini

Telah menjadi warisan bagiku untuk penerus ku

Dewasa ini

Air mata ini sering jatuh

Ketika aku rindu akan sosok telunjuk itu

Dewasa ini hanya doa yang mampu ku kirimkan untuknya

Padang Sumatra Barat, 30-8-2021



Kau Yang Memujiku

Karya : Nova Elvira


Engkau yang pernah memujiku dengan kata-kata cinta

Kata -kata itu menusuk kalbu ku

Tapai maaf

Aku tak mampu berbuat banyak untuk mu

Aku tidak sanggup membuai mu,sehingga berharap

Karna aku hanya ingin sekedar bermanja kata

Sebatas berimajinasi dalam tarian jemari

Aku akui aku mengagumi rasa mu

Tapi sekali lagi maaf

Karena aku telah di miliki

Aku tak ingin engkau menjadi duri dalam impianku

Biarpun caraku terpandang haus akan kasih,cinta

Namun semua itu hanyalah sebatas tarian jemari

Dan sesungguhnya dalam hidupku sangat memegang teguh sebuah kesetiaan

Tak kan ada satupun rayuan yang mampu melumpuhkan ketegaran ku dalam kesetiaan


Untuk engkau yang pernah memuji,merayuku aku hanya bisa berkata maaf

Maaf yang mungkin tak ingin engkau dengar dan terima.

Namun itulah hadirku

Padang Sumatra Barat, 28-09-2021



Parau

Karya : Nova Elvira


Di tanah merah

Ku curahkan dengan ikhlas

Walau nada parau mewarnai tangis tak bersuara,namun berlinangan air mata

Begitu bertubi-tubi luka yang mendera

Luka kehilangan yang mendalam

Belum,belum cukup waktu yang ku miliki bersamanya

Belum tergantikan waktu yang hilang

Lima tahun aku tanpanya

Lima tahun aku tak memeluknya

Tak merasakan cinta kasihnya

Mengapa..

Mengapa di saat aku kembali ingin menebus semua waktu yang telah hilang

Aku harus kehilangan satu demi satu

Sungguh perih duka luka yang mendalam

Luka di jiwa ini

Tuhan..

Ini takdir yang engkau tuliskan

Takdir yang tak pernah negosiasi

Karena engkaulah sang pemilik takdir

Padang Sumatra Barat, 28-09-2021


***
Demikian puisi karya Nova Elvira yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini. 

(Catatan Penutup)

Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi

Post a Comment