7 Puisi Kehidupan Penuh Makna "Kota Metropolitan" Puisi Muraz Riksi Seniman Bisu
"SUARA
MALAM"
Karya Muraz Riksi
Hening sendu
cerita malam
Tanpa cita
hanya bicara
Layar segi
empat di depan mata
Tawa bahagia
menyusupi jiwa
Jari lembut
meluapkan kisah
Sang ketua
mencoba bersua
Sekretaris
muda mulai berbicara
Terbangun
sapa dari operator gila
Sudut pemuda
membuka mata
Ingin tanya
populasi tinta
Lembut
sahara menemani berita
Ruang kecil
kotak berharga
Fajar yang
menyingsing ruang muka
Suara kecil
yang terus bersahaja...
Bireuen, 04
April 2015
"GEDUNG
TUA"
Karya Muraz Riksi
Bentuk yang
megah menutupi pandangan
Warna yang
cerah mengundang kenyamanan
Melukiskan
perasaan menyisiri jendela kehidupan
Waktu yang
terus berjalan
Kepudaran
alam mengikuti rotasi
Kesunyian
yang menghantui langit-langit
Terkoyak
oleh masa
Terkikis
oleh butiran hujan
Pancaran
panas yang terus membakar
Luapan
misteri menjadi pengungsi
Kekosongan
menjadi penjelajah
Gedung megah
hanyalah sejarah...
Bireuen, 05
April 2015
"JALANAN"
Karya Muraz Riksi
Arus
kehidupan setiap insan yang bernyawa
Akan datang
suatu masa
Kala setiap
jiwa akan menjadi pengendara hidup
Mengendarai
waktu menyisiri tujuan
Mengikuti
jalan yang sudah terbentang
Menjaga
pikiran untuk terus berhati-hati
Menatap
tajam tikungan kehidupan
Garis putih
pembatas jalan
Hembusan
angin penyejuk hati
Ketika
bisikan meracuni pikiran
Jalanan
bukanlah tempat yang kejam...
Bireuen, 19
April 2015
“Kota Yang
Diselimuti Kemacetan”
Karya :
Muraz Riksi
Nampak
diujung barat sebuah kota
Kala kaki
sejenak berhenti saat membawa satu lentera
Berbagai
macam coretan bersarang di sana
Miliknya
para pencari titel sarjana
Gedung-gedung
megah terus tumbuh
Layaknya
rumput-rumput hijau di halaman tua
Adakalanya
aku berpikir untuk hidup sederhana
Namun belum
sempat ku miliki daya
Mereka mulai
menjamur bak semut tanpa raja
Apatis,
nafsi dan solidaritas yang lekang kian terus meregang nyawa
Rintik-rintik
hujan berjatuhan
Mencoba
meredam dan memadamkan keributan
Sorot-menyorot
ikut menyonsong dibalik jendela
Ketakutan
menawarkan tempat untukku pulang
Aku tak kuat
bila berlama-lama melihat kepadatan
Dan bising
peluit yang merusak gendang telinga
Seakan
jalanan adalah tempat perlombaannya
Kota itu
merasakan penatnya kemacetan
Mulai
membenci dengan kepadatan
Dan
penikmatnya tak lagi menghargai etika kehidupan
Aku seketika
berontak dalam pikiran
Tangan
ketulusan mengantarku kekampung halaman
Tempat yang
tenang dan jauh dari persimpangan
Yang
membalut jiwaku pada satu perjuangan
Yang
menyadarkanku untuk terus mengejar angan-angan...
Bireuen, 30
Mei 2016
"Semua
Terusir Oleh Resah"
Oleh : Muraz
Riksi
Lampu pijar
menyergap cahaya malam
Ku bisikkan,
ada sepi menanti
Yang meniti
jalan pulang
Alun-alun
kota yang bising
Asap-asap
kuda besi bergentayangan
Menyergap
paru-paru yang kian hitam
Asap hitam
keluar masuk mulut
Menyiratkan
kebosanan
Seakan
kematian itu pilihan
Atau hidup
memang sebuah permainan
Ku tatap
lagi langit kelam
Ada gelap
yang pekat
Tak tembus
bayang
Semua
terusir oleh resah
Aku resah
pada hujan
Resah pada
teriknya matahari siang
Aku resah
kala senja tak datang
Aku juga
resah pada senyum yang hilang...
Bireuen, 06
Mei 2018
“Terasing”
MURAZ RIKSI
Manusia-manusia
yang diasingkan dari perkumpulan
Adalah
mereka yang tak punya pikiran
Bukan,
maksudku mereka yang tak sejalan
dalam
menatap langit dan impian
Beranda
kehidupan menyibak selera yang tajam
Para
penikmat kopi duduk antri berpasang-pasangan
Bibir gelas
dikecup lalu pahit ikut diseruput
dan tertawa
lepas goyangkan perut
Ada jendela
yang dibicarakan
Terasing
bukanlah diasingkan
Keduanya
berbeda pemaknaan
Terasing
adalah perbedaan dalam memahami arti kehidupan
dan juga
beda dalam memilih jalan impian
Diasingkan
adalah pilihan,
Dimana ego
lebih kuat merusak tema pembicaraan
Dikucilkan,
dihinakan dan dijauhkan
Sedangkan
terasing hanya karena pemahaman
Namun tidak
pernah merubah hangatnya kebersamaan
Dalam tawa,
canda dan bahkan kopi pun ikut menyaksikan
Adalah kita
yang beda tapi ada untuk selalu bersama
Bireuen
Partee, 15 Januari 2019
“Aku
Bukanlah Engkau”
MURAZ RIKSI
Aku bukan
tulisan yang semudah itu untuk engkau baca
Aku bukan
sebuah puisi yang mudah untuk engkau pahami
Aku bukan
lirik lagu untuk engkau nyanyikan
Aku bukanlah
nada dalam nadi hidupmu
Aku bukanlah
pelangi dalam bola matamu
Aku bukanlah
pohon untukmu berteduh
Aku bukanlah
nafas yang membuatmu tersenyum
Aku hanyalah
air yang sedang mengalir...
Bireuen, 06
Desember 2013
***
Demikian puisi karya Muraz Riksi yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment