32+ Puisi Islami Ibu dan Ayah Singkat Puisi Untuk Sahabat Puisi Untuk Anak "Sepenggal Kisah Maya" Puisi Rita Mayasari
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam kopi pahit...
Puisi merupakan ungkapan perasaan yang menggambarkan tentang cinta, kehidupan, bahagia, sedih, rindu dan alam. Oleh karenanya pada postingan ini, admin ingin membagikan puisi cinta romantis karya Rita Mayasari.
Dalam hal ini admin menekankan bahwa sumber tulisan dan hak cipta sepenuhnya milik penulis. Selamat membaca!.
Profil singkat penulis :
Facebook Rita Mayasari
Instagram Rita Mayasari
"KERINDUANKU"
Karya Rita Mayasari
Dingin
menelusuri relung hatiku
tatkala
kudengar lantunan kalam menjelang subuh..
Ada rasa
yang berkecamuk..
Campur
aduk..
Ada cinta
yang teramat sangat yang tak bisa kulukiskan..
Ada
kesedihan yang tak mampu kujabarkan..
Ada
ketakutan mencengkam yang tak mampu aku jelaskan..
Ada cemas
yang tak bisa ku artikan...
Kadangkala
aku juga merasa ada rasa yang meledak-ledak di hatiku
karena
kerinduan pada kekasihMu Ya Rahman..
Tak jarang
pula aku merasa cemburu dengan mereka yang bisa hidup sezaman dengan kekasihMu
Ya Rahim..
Berikan aku
kesempatan taubat ya Robb..
Berikanlah
aku syafaat ya Rasulullah...
Tanjung
Pinang KEPRI, Senin/ 29 Juni 2020 04:45 WIB
"KUSYUK"
Karya Rita Mayasari
Ketika ku
gelar sejadah, nawaitu ibadahku karena Allah..
Namun hati
masih saja tunduk pada daulat fana..
Niatku
sirna..
Hiruk pikuk
dunia tak mudah kulepas bahkan ketika aku bersujud..
Tak jarang
aku khilaf pada raka'at..
Kerapkali
fikiranku melanglang buana meski bibirku tetap merapal ayat-ayat..
Bahkan
terkadang aku sadar ketika ibadahku diakhir tahyat..
Namun begitu
khusyuk ketika melangitkan pinta dalam untaian do'a..
Selalu aku
berucap takbir, Allahu Akbar..
Menyadari
bahwa Allah Tuhanku Maha Besar..
Namun
nyatanya ketamakan dan cintaku pada dunia lah yang membuatku gusar..
Terus saja
aku membesarkan khayal..
Malunya Aku
wahai Robbku..
Semoga masih
Kau beri kesempatan dan pertolonganmu, agar iblis dihatiku tak lebih licik dari
iblis yang membuat perjanjian denganMu ya Tuhanku...
Tanjungpinang
KEPRI, Jumat 04092020
"TASBIH KEHIDUPAN"
Karya Rita Mayasari
Ketika itu
aku lumpuh, karena badai kehidupan datang menyapaku..
Pemilik
takdir mengambil hal berharga yang dipinjamkanNYA kepadaku..
Alunan ayat
suci terdengar sayup, meski kidungnya mengitari aku yang bersimpuh dihadapan
tubuh kaku itu..
Keangkuhanku
rubuh..
Kesombonganku
runtuh..
Betapa
kecilnya aku ketika malaikat maut memperingatkan aku pada rasa takut..
Mendung
menggantung direlung hatiku..
Hujan deras
yang bermuara dipelupuk mataku seakan enggan mereda..
Kematian..
Hal yang
biasa aku dengar..
Hal yang ku
anggap wajar dalam kehidupan..
Tapi kematian
yang aku saksikan dihadapanku?
Itu yang
pertama kali..
Hari dimana
aku melihat pasukan jihad berkabung..
Tak ada
ratapan, hanya terdengar lantunan do'a yang dilafazkan berirama dengan isak
tangis tertahan..
Selubung
duka yang membuka mata..
Bahwa manusia
layaknya seutas tasbih..
Menjalani
putaran kehidupan, butir demi butir lalu kembali, awal dan akhir ditempat yang
berdekatan..
Dari sang
Khaliq kita dimulai dengan wujud kelahiran, lalu kepadaNYA pula kita kembali
dengan wujud kematian..
Gedung A
kantor Gubernur
Tanjung
Pinang, KEPRI 8 Juni 2020
"DO'A"
Karya Rita Mayasari
Ku rangkai
kisah dalam kasih..
Kasih yang
tak terbilang dalam angka, tak tersurat dalam kata, namun tersirat dalam do'a..
Di
singgasana hati engkaulah putra mahkota pemegang tahta..
Namun kau
tetaplah seorang hamba yang wajib bersujud pada penguasa dunia..
Selamatlah
engkau di medan juang kehidupan..
Selamatlah
engkau di jalan terang cahaya Tuhan..
Tanjung
Pinang KEPRI, Jum'at/ 26 Juni 2020- 20.20 WIB
"Sepenggal Kisah Maya"
Karya Rita Mayasari
Dingin
mendekap erat tubuhku..
Letih
mencumbuku dengan gairah yang membabi buta..
Berselimut
sepi namun tak tenang..
Bergumul
dengan senyap yang terlarang..
Disini aku
terlentang, pasrah pada rindu yang meradang..
Aku pernah
berperang dengan hasrat yang menunggangi amarah..
Kini
meninggalkan jejak lautan darah yang kering menghitam dihatiku..
Sisa sisa
penderitaan yang pernah membesarkan aku laksana anak yang tumbuh tanpa ibu..
Tubuhku
terbaring, namun doa dan harapanku masih berkelana, mengembara meski arahku
masih terlihat maya..
Tanjung
Pinang, KEPPRI 2020
"BAPAK"
Karya Rita Mayasari
Lelaki
pertama dalam hidupku..
Kulihat
sendu tatapanmu ketika Tuhan mendekapmu dalam ujianNYA..
Senyummu
tetap meneduhkan meski sakit kau rasakan..
Tak
terdengar keluh kesah, meski meringis ketika jarum-jarum itu menembus kulitmu..
Kau bukanlah
sosok lelaki yang mendidik dengan lembut tutur, bukan juga sosok ayah yang yang
menasehati tanpa pernah membingkai amarah..
Namun dalam
kerasnya sikapmu, aku tau ada begitu banyak air mata yang tertumpah dari
pelupuk matamu ketika aku terlelap..
Aku tau
besar kasih yang tersirat dalam kaku perhatianmu..
Aku tau tak
mudah jalanmu untuk mengukir senyum bahagia diwajah kami putri-putri mu...
Aku sangat
tau seberapa berat kebencian yang kau hadapi untuk tetap berdiri menjadi
penjaga keutuhan kami..
Meski tak
mudah, kau tundukkan kepala, menelan kobaran emosi didadamu demi menjaga hati
seorang isteri yang selalu kau pertahankan di sisimu..
Kau selalu
mengalah, diam pada mereka sang pemilik lidah beranjau, padahal takut bukanlah
sifatmu..
Sedikit
ledakan marahmu saja mereka anggap kau brutal..
Bapak..
Darimu aku
belajar banyak hal..
Tentang
memadamkan api dendam ketika kobarannya buas menghitam..
Tentang diam
ketika mulutmu mampu meneriakkan ribuan caci maki..
Tentang
tenang ketika mengulurkan tangan pada mereka yang seharusnya kau hancurkan..
Dan kini
ketika kau terbaring menghadapi rasa sakit dengan penuh ketabahan, aku belajar
bagaimana caramu mengerti cara Tuhan memberi sedikit lebih perhatian..
Aku belajar
tentang keikhlasan tanpa mengucap kata ikhlas..
Tentang
keimanan tanpa menunjukkan kepada mata umat, bagaimana hubungan keyakinan
kepada Sang penulis takdir kehidupan..
Bapak...
Semoga
sakitmu menjadi penggugur dosa..
Semoga
keihklasan mu menjadi ridho Tuhan..
Semoga Allah
memberimu kesembuhan..
RSUP Tanjungpinang
KEPRI, Minggu 23082020
"TERKENANG PERISTIWA ITU"
Rita Mayasari
Aku
terpesona bait pertama..
Lalu jatuh
cinta dibait berikutnya..
Bait ketiga
hatiku luluh lantak..
Mataku tak
mampu berhenti menelusuri kata demi kata, menjelajahi makna yang tersirat pada
tiap kalimat..
Aku tenggelam
dalam lautan kekaguman..
Menikmati
sensasi memabukkan perasaan yang
bercampur aduk..
Suara hati
telah berhenti membaca rangkaian aksara itu, namun fikiran ku tak mampu
meninggalkannya untuk sekedar menjadi jejak..
Ku tutup buku
agenda berwarna coklat tua..
Lalu aku
sibuk menerka-nerka siapakah sang pujangga?
Karena tak
kutemukan adanya sebuah nama..
Ku buka
kembali buku itu, ku teliti lembar demi lembar..
Ohh.. aku
melewatkan sesuatu..
Terdapat
tulisan singkat berisi curahan hati..
Tertulis
lengkap dengan tanggal, bulan dan hari..
Ada
tandatangan yang begitu akrab dan kerap kulihat tiap ku buka raport ku..
Tersemat
manis nama ayahku dibawahnya..
Puisiku pun
bermula dari peristiwa itu..
Tanjungpinang
Kepri
Kamis,
20122020
08:27wib
"Wanita Itu"
Karya Rita Mayasari
Ku tatap
wajah lelah wanita paruh baya itu..
Senyuman
tulusnya tak lekang termakan usia..
Meski
keriput diwajahnya mulai membentuk guratan abstrak, dia tetap terlihat
mengagumkan layaknya lukisan indah dihatiku..
Wanita yang
tak pernah lelah menuntunku untuk melangitkan cinta, bukan sekedar pinta kepada
Robb ku..
Wanita yang
do'anya bak pusaka sakti yang kuyakini kekuatannya sanggup menembus langit..
Wanita yang
kalamnya adalah sabda yang tak berani ku durhakai..
Wanita yang
Allah muliakan dengan gelar ibu yang tersemat..
Wanita itu
adalah ibuku..
Meski kini
aku pun seorang ibu, namun tak kan mampu aku menjadi sosok sempurna sepertimu
wahai ibuku..
Tanjung
Pinang, Kepri 1 Juni 2020
"Jejak"
Karya Rita Mayasari
Katanya,
kamis selalu manis..
Namun
mendung menggantung membuat semesta terlihat murung..
Disini aku
menyulam benang merah kehidupan..
Merajut asa
dalam hamparan permadani kenyataan..
Terlintas
lapisan demi lapisan gambaran yang pernah menjadi rangkaian kisah..
Jauh...
Dimasa
lampau, yang membuat segala cerita diberi nama, Kenangan..
Pernah aku
tersesat dalam rimba ketidakberdayaan, menelusuri labirin yang penuh perangkap
yang menghancurkan..
Sayup
terdengar rintihan wanita di sepertiga malam dalam munajat tanpa isyarat
kekecewaan, hanya terdengar nada-nada yang mengalun indah ikhlas penuh pasrah..
Cahaya
terang menerpa jalan hitam yang gelap suram..
Silau..
Membuat
bening-bening kristal itu meleleh menjadi aliran sungai dari muara pelupuk
mata..
Uluran
jari-jemari bidadari jelmaan dari wujud kasih Tuhan meraihku..
Mendekap
tubuh yang seakan akan tinggal raga tanpa jiwa..
Hangat...
Begitu
hangat..
Sesosok
titisan bunda hawa yang diberi gelar sakral nan suci..
Menuntunku
menuju taman firdaus dalam teduh naungan iman..
Terimakasih...
ibu...
Tanjung
Pinang KEPRI, Kamis 25 Juni 2020/ 15.00
"Lelaki Kecilku"
Karya Rita Mayasari
Lelaki
kecilku..
Dengan cinta
dan semangat terakhir yang tersisa dari kekuatan yang kupunya..
Sembari
berdoa tanpa suara pada Robb ku, hatiku berkata..
Tuhanku..
Berikan
kesempatan kepada pejuang islam ini untuk mengarungi dunia..
Dan jika ini
adalah waktunya aku kembali padamu, jadikan sakit ini sebagai jihadku..
Lelaki
kecilku..
Tangisan
pertamamu kudengar sayup bersama ruhku yang serasa beranjak pergi ketika itu..
Diantara
nafasku yang perlahan merangkak satu demi satu..
Ku batinkan
rasa syukur, hingga perlahan pandanganku mengabur..
Tiada
cahaya..
Tiada
warna..
Tiada
suara..
Seakan aku
mengambang diruang hampa...
Hingga
perlahan kudengar jerit tangismu, dan panggilan ayah serta nenekmu yang berbaur
antara cemas dan doa..
Lelaki kecilku..
Atas izin
sang pemilik takdir, aku kembali...
Lelaki
kecilku..
Tumbuh
besarlah engkau dengan cahaya keimanan..
Jangan jual
keyakinanmu dengan kebahagiaan apapun yang dijanjikan dunia..
Lelaki
kecilku..
Padamu
kuselimuti do'a..
Padamu
kutitip asa..
Tanjung
Pinang, Kepri 2 Juni 2020
"Sajak Kerinduan"
Karya Rita Mayasari
Puteraku..
Hari ini
kita bersua dengan aroma rumput dan tanah lembab perkebunan..
Esok kita
bertamu ke pesisir..
Ibumu
merindukan kidung ombak, yang menyenandungkan lagu cinta kepada sang pantai..
Perlahan
kita bebaskan diri dari belenggu kecemasan..
Kita bunuh
rasa takut yang mengakar, sebelum ia tumbuh menjadi hutan angker yang mencekam
dalam fikiran..
Semoga ada
pelangi yang membuat indah kehidupan, setelah wabah corona menaungi kita laksana
awan hitam..
Tanjung
Pinang, KEPRI 13 Juni 2020
"LUKA TAK BERDARAH"
Karya Rita Mayasari
Luka Tak
Berdarah
Pilu hingga
terasa begitu ngilu batinku..
Andai
kesedihan ini belati, pasti hatiku telah hancur bersimbah darah..
Sembilan
bulan sepuluh hari dalam satu tubuh, menghadapi terjangan badai kehidupan tak
membuatku rapuh..
Karena
begitu besar harapanku mendengar tangis pertamamu..
Betapa
banyak mimpi yang aku semai untuk melintasi waktu yang membentang dihadapan
kita nanti buah hatiku..
Tangisan
pertamamu pun menjadi tangis bahagia pertamaku..
Kau adalah
cinta pertamaku, melebihi cintaku pada siapapun ketika itu..
Tubuh
mungil, paras elok, laksana bidadari penyejuk mata dan hati..
Seketika aku
melupakan sakit yang tak bisa ku gambarkan selama dua hari kau menelusuri jalan
mencari pintu menuju kelahiran..
Gelombang
dan ombak kehidupan makin keras berusaha merapuhkan semangatku..
Tatapan
marah, hina, serta kebencian kerap dilemparkan kepada kita buah hatiku..
Tidak dari
mereka yang tak mengenal kita, melainkan orang-orang yang ibumu ini sayangi..
Menjelang
tiga tahun kau menapaki langkah usiamu, ayahmu kembali kepada Sang pemiliknya..
Bisakah kau
bayangkan betapa beratnya hidupku wahai bidadariku?
Hancur
duniaku..
Namun
lagi-lagi itu tak merubuhkan aku, karena ada kau yang membuatku tetap kuat..
Waktu terus
berlari, tak menunggu aku yang tertatih dengan kaki yang terseret-seret diatas
duri sambil terus menggendongmu.
Terlalu
banyak peristiwa yang telah kita lalui, hingga tak akan cukup tinta untukku
tuliskan dalam uraian cerita..
Tanpa
kusadari kau beranjak dewasa..
Akupun
menjalani kisah lain yang Tuhan tulis untukku...
Ia hadirkan
sesorang untukku berbagi lebih banyak tangis daripada canda tawa..
Seseorang
yang juga menyayangimu dengan keringat dan air mata..
Seseorang
yang diam-diam menguntai do'a dalam isak tangis ketika melihatmu bersedih atau
kecewa..
Seseorang
yang dalam pandangan matanya, kau adalah putri yang terlahir seolah dari bagian
darahnya..
Namun sebuah
tragedi menimpa perjalanan kami sayang..
Kami
dipisahkan darimu..
Kau yang
berada diusia transisi anak-anak menuju remaja, lebih percaya apa yang kau
dengar, sedangkan kisah masa kecil tertinggal begitu saja..
Aku yang
mencintaimu dengan segenap jiwa, tak pandai berkata-kata tentang cinta dan
pengorbananku untukmu..
Berharap kau
bisa merasakannya saja..
Putriku..
Bidadariku..
Andai kau
tau..
Jika aku
bisa memutuskan kapan aku bisa mati tanpa terikat aturan tentang dosa, maka itu
adalah jalan pertama yang ku pilih agar tak kulihat punggungmu menjauh..
Agar tak ku
dengar suara tawa mereka ketika melihat aku yang sekuat karang kini terburai
menjadi kepingan abstrak..
Sayang..
Percayalah,
aku bisa menanggung luka meski darahku mengalir deras hingga kering, selama
senyuman bahagiamu masih kau bagi denganku..
Selama
tanganku masih bisa memelukmu..
Namun aku mati
ketika kau membenciku..
Bidadariku..
Semoga
ketika kau menjadi seorang ibu, kau akan tau bahwa amarah seorang ibu adalah
kekhawatiran..
Larangan
seorang ibu adalah do'a yang diibaratkan benteng untuk menyelamatkan mu..
Mereka bisa
memberikan seluruh isi dunia, meskipun yang kau pinta adalah pedang emas berulu
pedang, dimana kau bisa membunuh, namun terbunuh disaat yang sama..
Tapi aku
ibumu lebih memilih menghadiahkanmu tombak bermata satu dan perisai wahai
putriku..
Mungkin tak
akan pernah ada waktu indah yang kembali menyatukan kita..
Tapi
percayalah bidadariku, bahkan ketika nanti aku menutup mata, aku tak ingin kau
meneteskan air mata..
Teruslah bahagia
putriku, bidadariku...
Saat ini,
biarlah aku nikmati luka yang tak berdarah ini hingga akhir hayatku..
Tak apa jika
kau tak pernah tau, bahwa kehilanganmu ketika kau masih tetap terlihat tepat di
hadapanku, pedihnya ibarat dagingku dicabut dari tubuh bernyawaku secara
perlahan-lahan..
Begitu sakit
ketika kita beradu tatap, kau palingkan wajah lalu beranjak..
Aku bahkan
telah kehilangan hak ku untuk mengkhawatirkan dirimu putriku..
Semoga Allah
menjaga dan menyelamatkan dunia dan akhiratmu, sebagai imbalan semua
penderitaan ibumu ini putriku..
Tanjungpinang
KEPRI, Jumat 11092020 09.10
"BIDADARIKU"
Karya Rita Mayasari
Teruntuk
bidadari surgaku..
Terlalu
banyak kisah yang ingin kubagi padamu..
Penaku
takkan sanggup menari mengirigi ceritaku..
Takkan cukup
tinta untuk melukiskan semua gambaran kehidupanku dikanvas putih perjalananmu..
Gelarku
sebagai ibu, membuat surgamu ditelapak kakiku..
Namun perlu
kau tau, kau pun jalan surgaku..
Aku tak
sanggup meniru sayyidah Zainab dengan khas sifat seorang ibu..
Karena aku
harus menjadi dua dalam satu..
Takdir yang
tertulis di lauhul Mahfudz, membuatku harus membesarkanmu dengan kelembutan
seorang ibu dan ketegasan seorang ayah dalam satu waktu..
Ketahuilah,
ketika aku
harus melindungi mu dengan kerasnya pendirianku, hati kecilku lebih sakit dari
kekecewaanmu..
Ketika aku
harus luluh pada egomu, hati remuk karena mengkhawatirkanmu..
Taukah kau
bidadariku?
Melewati
masa masa itu adalah perang terbesar dalam batinku..
Bidadariku..
Perjalanan
panjang itu menciptakan aku yang baru..
Aku menjadi
seorang ibu yang kaku melafazkan kata kata cinta untukmu..
Aku menjadi
seorang ibu yang lupa caranya bertutur manis memanjakan pendengaranmu..
Mungkin kau
tak akan pernah tau jeritan sukmaku yang menangis pilu..
Karena
ratapanku pun tak kan pernah kuperdengarkan kepadamu..
Tak harus
kau tau besarnya pengorbananku..
Tak harus
kau balas nyawa yang pernahku persembahkan demi kelahiranmu..
Biarlah aku
terlihat seperti apa yang kau lihat..
Sebab aku
mencintaimu tanpa syarat..
Pada
akhirnya,
tiada cerita
yang bisa kubagi padamu dalam wujud kata kata...
Tanjung
Pinang, KEPRI 01.01/ 14 Juni 2020
"Mati Suri"
Karya Rita Mayasari
Berjalan di atas
duri amarah membuat lautan darah dari jejak-jejak kaki seorang cucu hawa..
Sayatan demi
sayatan tercipta hingga rasa sakit tak lagi ia rasa..
Jiwa yang
mati dalam raga bernyawa..
Aahhh... aku
mati rasa..
Sukmanya
menjerit sembari menikmati kisah-kisah duka dalam balutan kecewa..
Perihkah?
Tidak!!!
Karena ia
sudah menyatu dengan derita..
Dimana ia
bisa menertawakan tiap air mata..
Ia telah
melalui masa dimana sekeliling menangis, namun ia tak merasakan apa-apa..
Ia ditempa
oleh siksa lahir dan batin yang membuatnya tak lagi bisa membedakan bagaimana
tangisan haru atau lara..
Hingga badai
dimata mereka, hanya angin sepoi yang terlihat olehnya..
Ia terlahir
kembali dengan naluri yang memberi kehangatan cinta, namun tak percaya bahwa
cinta itu juga haknya..
Ia terlanjur
tersesat ditengah perang hati dan fikiran yang melawan kenyataan..
Baginya kini
ketulusan adalah kepalsuan yang bisa diperankan..
Semua
senyuman adalah drama..
Simpati
hanyalah topeng belaka..
Rasa iba?
Ahhh... itu
hanya improvisasi dalam cara berekspresi semata..
Kasih sayang
hanya dongeng tentang perjuangan bunda melawan kematian ketika melahirkan..
Bagaimana ia
bisa melalui perjalanan singkat kehidupan dengan cinta dan do'a, jika baginya
kasih ibu yang tak terhingga hanya sebuah lagu pengantar tidur saja..
Tanjung
Pinang KEPRI, Sabtu/ 11 Juli 2020 (02.36)
"Setulus Cinta Sahabat"
Karya Rita Mayasari
Kau adalah
angin dalam kelembutanmu..
Kau adalah
ombak dengan semangat yang kau tularkan..
Kau adalah
keindahan dalam sifatmu..
Kau adalah
awan putih dengan caramu memberiku perlindungan..
Kau adalah
sesuatu dalam artimu untukku..
Namun kau
mulai menjadi jarak dalam caramu menjauh..
Kau mulai
menjadi api dengan caramu menyakitiku dalam rindu..
Cinta tidak
hanya tentang belahan jiwa..
Cinta itu
dimana engkau merasa nyaman dan memberi kenyamanan..
Rasa yang
hadir karena ketulusan menerima segala kekurangan..
Cinta itu
kamu sahabat tergilaku..
Tanjung
Pinang, KEPRI 12 Juni 2013
"Fiqura Persahabatan"
Karya Rita Mayasari
Kicau burung
memanggil sang dara yang beberapa detik lalu masih berselimut mimpi dalam bilik
peraduannya..
Terukir
senyum manis dibibir ketika ia membuka jendela dunia..
Namun
mendung menggantung membuat semesta terlihat murung..
Disinilah ia
akan menyulam benang merah kehidupan..
Merajut asa
dalam hamparan permaidani kenyataan..
Malam
menuntunnya menjelajahi alam bawah sadar..
Bertemu
kembali dengan mereka yang pernah mematri janji dalam bingkai persahabatan..
Ketika salah
satu dari kita berada di angkasa lalu segala yang ada di bumi terlihat kecil,
maka jangan pernah lupa, kita pun pernah disana..
Jadilah pribadi
yang tidak melupakan bahwa hidup adalah tentang proses..
Sebagaimana
ulat bisa menjadi kupu-kupu yang indah dan teratai yang tak pernah kekurangan
air pun bisa layu..
Janji polos
yang terucap ketika mereka hanya melihat dunia sebagai tempat mereka tertawa
bahagia..
Tanpa tau
bahwa harta dan tahta bisa meluluh lantakkan segalanya..
Tanpa tau
bahwa ada takaran level yang dipaksa sejajar agar bisa melangkah bersama..
Semua sirna
seiring perjalan waktu yang membesarkan jiwa-jiwa mereka dengan cara yang berbeda..
Takdir
perlahan menggiring opini mereka masing-masing tentang nilai sahabat..
Hingga pada
akhirnya figura itu rapuh karena gengsi yang memadat..
Tanjung
Pinang KEPRI, Jum'at 10 Juli 2020
"GAMBARAN HATI SEORANG TEMAN"
Karya Rita Mayasari
Kisah ini
dimulai dari perkenalan..
Berkembang perlahan
menjadi pertemanan..
Kita
merangkai berbagai peristiwa, berbagi canda tawa, dan cerita bersama lalu menamainya
dengan persahabatan..
Aku
melupakan kemungkinan adanya penghianatan dan air mata..
Karena semuanya
ku lakoni tanpa curiga..
Bahkan ku
abaikan segala bentuk dosa ketika tutur ku ikut lantang berbicara..
Aku larut
dalam bahagia kita, tanpa perduli bahwa bisa saja kita mengukir duka bagi siapa
saja yang tak tau apa-apa..
Hingga tiba
masanya tabir hitam itu terbuka..
Aku dapatkan
cahaya..
Dalam sesaat
gelar itu tersemat, aku disebut penghianat..
Disaat Tuhan
menyentuh hatiku dengan kejujuran..
Dosakah aku
yang tak ingin terbelenggu pada lingkaran kepalsuan?
Salahkah aku
ketika tak lagi ingin memakan bangkai saudara seiman ku?
Setidaknya,
itulah yang kupikirkan..
Lautan
aksara itu ku tata demi menggambarkan hati seorang teman..
Aku memang
tak lebih dari mereka..
Aku mungkin
tak mampu menyuguhkan rasa bangga ketika kita duduk bersama..
Aku pun tak
berani menjanjikan apa-apa..
Namun harus
kau tau, persahabatan itu tentang ketulusan, keikhlasan, dan kasih sayang..
Bukan
sekedar tertawa saat bersama, lalu menikam belati untuk mereka yang diluar lingkup
yang sekelompok sahabat..
Hingga lupa
bahwa ulu belati pun bisa rapuh, dan pangkalnya bisa membunuh pemiliknya..
Pada
akhirnya banyak orang yang akan terluka..
Jangan
butakan mata dari kebenaran..
Teman..
ketahuilah, kau lebih baik dari yang kau fikirkan..
Tanjungpinang
Kepri, Sabtu 21112020/ 00.38 WIB
"Wanita Dalam Cermin"
Karya Rita Mayasari
Siapakah
kau, wahai wanita berambut panjang bergelombang?
kita berbagi
wujud yang sama, bahasa tubuh seirama, tatapan yang serupa..
Aku tersedu
sedan, kau pun berlinang air mata..
Aku
tersenyum kau pun terlihat bahagia..
Tak pernah
kudengar suaramu, namun aku tau apa yang ada difikiranmu kala mata kita
beradu..
Tak pernah
kau bercerita, tapi aku tau apa isi hatimu..
Namun..
Taukah kau
satu hal saja tentang aku?
Wanita yang
begitu menyedihkan..
Bagiku, kau
palsu..
Kau meniru
semua yang kau lihat dari diriku..
Kau yakinkan
aku bahwa kita adalah satu dengan caramu..
Atau aku pun
sama palsunya denganmu?
Seolah aku
sangat mengenalmu, padahal aku adalah potongan-potongan puzzle yang
berserakan..
Bagaimana
aku bisa lantang menilaimu, sementara aku tak mengenal diriku seutuhnya..
Aku
membutuhkanmu untuk disalahkan..
Aku
membutuhkanmu untuk memuntahkan caci maki..
Ya..
Hanya ketika
kau dan aku..
Ketika kita
berdua, aku bisa menyalahkanmu..
Kita terasa
sangat dekat, namun disaat yang sama kita pun terasa begitu jauh..
Banyak
rahasia yang kumiliki hanya kau dan Tuhan yang tau..
Sepi..
Sendiri...
Itu yang aku
rasa meski kau didepanku..
Aku ingin
mendekapmu, memeluk erat tubuhmu atau bahkan menyakitimu..
Tapi tak
mampu aku meraihmu..
Bisakah kita
menghapus pembatas yang menghalangi kita?
Kita?
Atau hanya
aku?
Aku yang
selalu mendatangimu..
Aku yang
selalu menatapmu hanya untuk memantaskan diriku..
Aku yang
melangkah ke hadapanmu karena ingin mengenal diriku sendiri..
Lalu aku
berulangkali menghakimi mu..
Kemudian
menangis meratapi kebodohanku..
Mungkinkah
aku harus memaafkanmu, atau aku harus memaafkan diriku agar kita sama-sama
menemukan bagian yang hilang, entah apapun itu aku pun tak tahu..
Yang jelas,
ada yang hilang dari kita,
sesuatu yang
membuat kita merasa kosong..
huh...
Sekali lagi
kau beri aku tatapan itu..
Sudahlah..
Kali ini aku
tak lagi menyalahkanmu..
Tatapan itu
hanyalah keraguan sesaat ku..
Terimakasih
cerminanku, kau ada karena aku nyata..
Karenamu
juga aku merasa ada..
Tersenyumlah
wahai wanita dalam cermin..
Kita susun
puzzle jiwa yang berterbangan itu agar kembali utuh..
Sebab mereka
adalah bagian hitam dan putih tentang kita, yang selama ini menyebar laksana
helaian bulu angsa yang tertiup angin karena egoku yang berusaha lari dari
kenyataan...
19.42
Tanjung
Pinang, KEPRI 13 Juni 2020
"Bisikan Hati"
Karya Rita Mayasari
Pada senja
kubisikkan mantra..
Agar arakan
sang mega mengiringi puing-puing semangat menuju kaki langit asa..
Pada langit
jingga kuberkata, saksikanlah kaki mungil yang kembali melangkah setelah ia
lumpuh sebab terjangan badai hujatan..
Bersama
deburan ombak yang menggulung lalu menjadi buih dan menghilang,
aku titip
sihir untuk memanggil cita-citaku yang tertidur diantara kerasnya batu karang..
Kudesahkan
rindu dalam nyanyian jiwa..
Kepada siapa
aku dendangkan syair ketika bait-bait itu hanya kusimpan diantara lembaran
kertas?
Teriakan
sanubari menarikku dari jurang keputusasaan..
Aku ingin
dunia mendengarkan setiap cerita, setiap kisah yang pernah tak terbaca karena
aku bukan siapa siapa..
Meski aku
bukanlah cendekiawan yang memegang gulungan penghargaan dari sang raja, aku pun
ingin berkarya...
Perum Dompak
Indah
Tanjung
Pinang, KEPRI 6 Juni 2020
"Ambigu"
Karya Rita Mayasari
Terkadang
salah menafsirkan rasa, menciptakan belenggu pada jiwa..
Terkekang
oleh ketakutan yang membutakan,
tentang
pengertian bahwa cinta bukan hanya tentang ikatan asmara..
Kita tak
lahir dari rahim yang sama, namun deritamu adalah lukaku..
Rintihanmu
adalah cemasku..
Bersama
seorang biduan yang bersenandung lagu kehilangan, kutitip cerita tentang
kehampaan..
Sukmamu
beranjak pergi bahkan ketika ragamu masih dalam pelukan..
Karena kau
salah memaknai dongeng cinta yang ku bacakan..
Bagi ku kau
adalah pengembala kecil yang ingin kuajak mengembara menjelajahi setiap jengkal
dunia..
Agar kau
tumbuh menjadi gagah berani bak seorang kesatria..
Namun
dimatamu, aku tak lebih dari seorang pemuja..
Bagimu
setiap kata yang terucap dari bibirku adalah sabda yang menyesakkan dada..
Laksana
sihir cinta yang membuatmu tersiksa..
Aku tak tau
seberapa besar kebencian yang kau semai sebelum tumbuh menjadi amarah yang
berakar dan aku kau tinggalkan..
Untukmu yang
entah dimana..
Padamu ingin
ku bercerita..
Bahwa aku
hanya sekedar ingin menjadi sang pelita, bukan api yang membakar,
Bukan pula
rantai yang melingkar..
Terbang
bebaslah saudaraku, tak akan ada lagi bayanganku yang berlari mengitarimu..
Bebaskan
sayapmu yang dulu kau lipat, karena memikul beban kasih sayangku dipundakmu..
Bintan
Island, Tanjungpinang KEPRI 20 Juni 2020/ 03.00
"MENGEMBARA"
Karya Rita Mayasari
Seorang
pengembara jatuh cinta pada indahnya lautan..
Hamparan
luas dengan berbagai misteri didalamnya..
Buaian air
yang bergelombang namun tenang, memanjakan jiwa yang menyerupai nahkoda..
Ada jalinan
erat namun tak terlihat diantara bahtera dan samudera..
Meski tak
jarang badai menerpa, pertalian itu tak pernah sirna..
Menyaksikan
burung-burung yang beterbangan di bawah atap langit yang membentang..
Memberi
kebebasan pada sanubari yang terkekang..
Nyanyian
angin yang terkadang gemuruh, namun tetap merdu ketika berhembus semilir
menyejukkan sukma yang meradang..
Menghapus
puing-puing kenangan dari rangkaian cerita tentang daratan..
Melupakan
tipuan hening hutan..
Lengang
menciptakan labirin menyesatkan dengan mantra suara para satwa yang
bersahutan..
Pernah juga
sang pengembara menjelajahi ribuan padang..
Namun
terkubur oleh sajak debu yang menjelma menjadi oasis di tengah dunia yang
tandus laksana gurun pasir nan gersang..
Tanjung
Pinang KEPRI, Rabu/ 8 Juli 2020 (16.00 WIB)
"Jihad Kehidupan"
Karya Rita Mayasari
Fajar masih
berselimut mega..
Cakrawala
merah begitu pekat laksana darah..
Berdiri aku
dikaki langit, merakit selaksa cerita..
Rangkaian
peristiwa yang membangkitkan naluri yang lelah menopang amarah..
Kaki yang
pernah melangkah ke berbagai arah..
melawan
angin, menentang badai kehidupan..
Memupuk asa
yang berulang kali melalui perjalanan mati suri..
Akan ku
nyalakan dian yang telah padam dengan api pengorbanan..
Aku adalah
musafir dalam ragaku..
Menorehkan
luka diatas luka dengan tinta perjuangan..
Atau
tertikam belati perasaan karena tunduk pada kekuatan yang mengintimidasi hingga
aku gemetar dalam ketakutan semu?
Ku genggam
tombak semangat, menjelajahi belantara takdir..
Jika nanti
yang tersisa tentang aku hanyalah sebuah nama..
Ceritakanlah
pada dunia bahwa aku adalah pahlawan yang berjihad di medan perang kehidupan..
Tanjung
Pinang KEPRI, Kamis 9 Juli 2020 (06.59 WIB)
"Kerdil"
Karya Rita Mayasari
Penyihir
kerdil meramu mimpi..
Dalam tiap
mantra ia bumbui harapan tentang keajaiban..
Berjalan
menelusuri semesta gelap yang bising dengan bualan sombong penguasa malam..
Menyaksikan
istana megah nan mewah dari kejauhan..
Tanpa sadar
kakinya terus melangkah..
Terpana
mengagumi keindahan semu dari depan pintu neraka para makhluk bersepatu..
Dalam
selangkah saja ia pun sudah berbaur dalam satu..
Penyihir
kerdil menjelma menjadi wanita biasa..
Berfikir
bahwa ia mengelabui semua penghuni labirin senja..
Nyatanya
jauh dalam kepalsuan rupa, ia tetaplah si kerdil yang terperdaya..
Berusaha
tegak namun meringkuk tunduk pada hardikan mereka yang bermahkota..
Rapuh dalam
rintihan jiwa, namun tak berani meronta..
Takut untuk
kembali melalui belantara yang pernah membesarkannya dengan hujan tatapan hina..
Takut untuk
beranjak dari kursi empuk bersandarkan kuasa dari pandangan orang-orang buta..
Tanjung
Pinang KEPRI, 14 Juli 2020
"Seuntai Doa"
Karya Rita Mayasari
Kita adalah
kanan dan kiri..
Kita berbagi
darah dari muara yang sama..
Perjalanan
kita penuh drama..
Jalan kita
pun tak selalu seirama..
Kita kerap
kali saling memaki..
Kita pun
pernah saling membenci..
Usia kita
yang beranjak tua bahkan tak membuat kita dewasa..
Hati kita
kadang mengecut begitu kerdil..
Dengan
tingkah layaknya anak kecil..
Terkadang
amarah membuat jarak diantara kita, namun hati merindu dalam ikatan tak kasat
mata..
Meski mulut
kita tak saling bicara, tutur kita tak saling sapa, namamu tak henti dalam
do'a..
Semoga
dengan bertambahnya usia, kau menjadi teladan bagi mereka, dua bidadari kecil
yang belum mengenal dunia..
Supaya
mereka tak menjadi kita, si kanan dan kiri yang berjarak dada..
Ajarkan
mereka agar terikat layaknya raga dan nyawa..
Do'a dan
harapanku biarlah tetap menjadi rahasia kecilku dengan yang Maha kuasa..
Barakallahu
fii umrik, saudariku Rizka..
Tanjung
Pinang KEPRI, Rabu 15 Juli 2020
"Inspirasi"
Karya Rita Mayasari
Terkadang
hanya perlu secangkir kopi untuk lautan inspirasi bagi mereka yang patah hati..
Bahkan luka
dari pujangga adalah induk dari karya..
Tak cukup
hanya bermodal kuota untuk mendapatkan rasa meski kau jelajahi dunia maya..
Ada
perjalanan duka, kecewa, amarah, kerinduan dan cinta untuk merajut rangkaian
aksara..
Kerap kali
aku menemukan jalan buntu diujung fikiran..
Hingga pena
tak mampu menggoreskan tinta..
Sajak-sajak
dan puisi indah sering terlahir dari air mata penyair..
Tak jarang
pula dari curahan hati mereka yang dirundung lara..
Keindahan
tak hanya hadir dari mereka yang bahagia..
Selalu ada
eloknya warna pelangi yang bertamu setelah tangisan awan hitam..
Tanjung
Pinang KEPRI, Jumat 17 Juli 2020, 07.42 WIB
"KEINDAHAN SEMPURNA"
Karya Rita Mayasari
Menelusuri
jembatan panjang membentang..
Tinggi
diatas permukaan lautan dalam..
Semilir
angin petang menerbangkan helai demi helai khayalan tentang harapan
kebahagiaan..
Berkelana
dalam ruang imajinasi yang ku cipta sendiri sekedar cara mengusir sepi hati..
Menghibur
minda yang penat bergumul dengan cerita-cerita dan senyuman palsu belaka..
Resah dengan
tanya seperti apakah wajah-wajah mereka dibalik topeng keramahan yang terlalu
banyak corak.. abstrak..
Diantara
lamunan panjang diatas dua roda, mataku tertuju pada lukisan keindahan karya
sang pencipta..
Meluruhkan
susunan puzzle angan yang ku rakit sesaat sebelumnya..
Terpana pada
sempurnanya langit biru sebelum jingga meraba..
Terpesona
pada lapisan-lapisan awan putih dengan goresan tipis mendung hitam..
Terlalu
banyak hal mengagumkan yang kerap kali terabaikan karena diri terlalu sibuk
memuja sesuatu yang belum tentu bisa wujud dalam nyata..
Mencari
pelarian untuk melupakan beban yang menyesakkan dada, padahal hanya perlu
menyadari bahwa alam punya segalanya, bahkan keajaiban yang mampu menentramkan
jiwa..
Tanjung
Pinang KEPRI, di bawah kolong langit, Jembatan Dompak Istana Kota Piring..
Senin 20
Juli 2020/ 16.23 WIB
"KEBODOHAN"
Karya Rita Mayasari
Pada gulita
aku berteriak kesal..
Namun
suaraku hanya jadi rahasiaku dan sang malam..
Ku lempar
caci maki dalam senyap..
Mengutuk
dalam dendam tak terbilang..
Muak...
Oh sungguh
aku muak..
Tak
khatam-khatam dalam uji kebencian..
Bermula dari
keluh kesah pada bumi tempatku berdiam, bisu berabad tak terhitung detik terlewat,
kini emosi ini melangit.
Ingin aku
pura-pura mati, agar makin puas kau pandangi bisuku..
Tapi terlalu
sesak hingga terasa limpaku akan meledak..
Sakit dihati
bukan sekedar khiasan dalam bait-bait perumpamaan..
Sungguh
terasa nyeri...
Hingga
memukul dadaku dari luar tak kan meremukkan luka yang didalam..
Kau terlalu
mendefinisikan aku sebagai kebodohan..
Padahal kau
yang begitu bodoh telah percaya bahwa aku benar-benar bodoh...
Aku tau
semua kebodohan mu yang memandang aku bodoh...
Uhhhh... Kau
adalah hal terbodoh diantara semua kebodohan yang terjadi diantara kita..
Kita?
Ahhh.. satu
kata yang begitu menggelikan..
Kau dan aku
memaksa berdampingan agar kata kita tak tercerai berai..
Untuk siapa?
Siapa yang
ingin kita tipu?
Sandiwara
ini membuatku lelah..
Aku muak
memakai topeng kebahagiaan..
Aku tak bisa
bernafas, tercekik oleh sempitnya jubah kebohongan..
Bisakah kita
sudahi saja?
Kembali menjadi
kisah aku saja..
Atau jika
itu salah, maka biarkan semuanya menjadi cerita tentang kau saja, lalu hapus
lah aku diantara jejak-jejak yang tertinggal itu...
Tanjungpinang
KEPRI, Selasa 08092020
"KATA-KATA MOTIVASI"
Rita Mayasari
Jangan
membandingkan kehidupanmu dengan orang lain untuk tujuan merendahkan, bisa saja
ia jauh lebih bahagia daripada kamu, karena ia kaya akan rasa syukur..
Jangan
menghitung-hitung kekayaan orang lain dari harta yang terlihat oleh matamu,
karena bisa saja, ia lebih memilih mensucikan hartanya dengan sedekah daripada
sekedar bermewah-mewah..
Jangan
menjadikan gaya hidup seseorang sebagai tolak ukur kesuksesan, karena mereka
yang sederhana belum tentu lebih miskin dari mereka yang punya segalanya namun
hidup tak tenang karena hutang..
Tanjungpinang
Kepri, Selasa 06102020 ( 16.40 WIB )
"Tersesat Dalam Diri"
Rita Mayasari
Terkurung
dalam belukar rasa. .
Hingga
bingung oleh labirin gulita..
Melangkahkan
kaki tanpa arah pasti..
Bersenjatakan
indera tumpul tak terasah oleh sunyi yang kian senyap..
Hanya aroma
duka yang sesekali terendus oleh ingatan terbawa angin kesedihan..
Kutatap langit
merah yang kadang singgah..
Keindahan
yang tak lagi terlihat megah..
Hanya sesaat
saja, lalu gelap kembali menyatroni pemandangan membuat penglihatan kehilangan
fungsinya..
Cahaya hati
tak lantas menuntunku keluar dari hitam yang rindang diantara hutan kebencian..
Entah dari
mana bibitnya, kini mengakar begitu dalam dan tumbuh tinggi menjulang..
ohhh.. ku
rindu hangatnya curah kasih sayang yang menghujan..
Nyatanya aku
tersesat dalam diri..
Hambar..
Hampa..
Tawaku
berubah menjadi seringai..
Tangis
berubah jadi gumaman geram..
Lupa cara
mengekspresikan perasaan..
Mungkin sekitarku
tak ada yang berubah..
Mungkin saja
aku yang tak mengerti menata sudut pandang..
Karena ragaku
tetap berbaur dengan semesta,
namun jiwaku
terlanjur jatuh ke dasar jurang kegelapan..
Yang
kulafazkan hanya mantra-mantra kutukan pada
kehidupan, hingga lupa caranya berdzikir untuk bekal kematian..
Tanjungpinang,
Kepri
Jumat
16102020
"HITAMNYA PRASANGKA"
Rita Mayasari
Mereka
berkata aku adalah hati yang menghitam hingga legam..
Mereka
menghujat, katanya awan hitam selalu menaungi hari-hariku..
Mereka
menelan tawa namun mengukir senyuman sinis dan tatapan remeh tentang deritaku
dalam imajinasi mereka..
Mereka
merasa begitu mengenalku hanya karena untaian sajak-sajak luka dan patah hati
yang ku muntahkan dalam lautan aksara..
Ironis..
Ketika para
pembaca menilai kehidupan nyata seniman kata hanya dari karya-karyanya..
Aku sama
sekali tak terluka oleh penilaian mereka..
Aku hanya
bersedih menyadari kenyataan bahwa begitu mudah hati mereka dituntun oleh
prasangka tak beralasan..
Alih-alih
bertanya atau mengenal lebih dekat, mereka memilih menjadi pendakwa..
Padahal aku
berdiri diantara ribuan jiwa dengan berbagai cerita..
Aku bernafas
di tengah semesta yang penuh drama..
Tak hanya tentang
tawa atau pilu tangisan..
Hanya saja
aku adalah satu diantara banyak telinga yang tertarik untuk mendengar kisah
duka..
Bagiku
perasaan yang rapuh lebih butuh disuarakan daripada sekedar menumpang tawa dari mereka yang hidupnya
penuh cinta dan kebahagiaan..
Sesederhana
itu alasanku untuk menuliskan suara hati mereka..
Memberi
sedikit kekuatan sesuai kemampuanku, sekedar keinginan untuk memberi tahu bahwa
mereka didengarkan...
Tanjungpinang
Kepri, Rabu 21102020/ 01.26 WIB
"DELUSI"
Rita Mayasari
Aku kerap
berharap dalam dekap kekecewaan..
Terbiasa dengan
tangisan pengantar lelap..
Aku perlahan
beranjak dari rindu yang tak lagi ingin menyatu..
Impianku
kini ibaratkan delusi, dunia terbalik di alam mimpi..
Di sana ada
mereka yang sempurna, beriring denganku yang istimewa..
Tak ada rasa
sakit, tak ada air mata..
Tempat
dimana akulah pemeran utama..
Semua
terjadi atas restuku..
Aku begitu
dicintai, dan akupun bebas mencintai..
Tak ada
bantah atas segala titah..
Aku begitu
bahagia..
Ohhh..
akulah ratunya..
Malamku
benderang, dihiasi milyaran bintang..
Siangku
teramat cerah, tanpa panas tak jua dirundung hujan..
Tak ada
tatapan kebencian, tak ada hinaan, tak kenal cacian, tak pernah ku dengar makian..
Aku tak
ingin pergi dari sini..
Paling
tidak, biarkan aku larut hingga lupa mana yang nyata..
Aku tak
ingin merasa tercabik-cabik kembali..
Aku tak
ingin terluka..
Aku benci
kehidupan yang ku beri judul tragedi..
Biarkan saja
aku menghilang dalam dunia yang kuanggap diriku lah sang dewi dibawah curah
kasih Tuhan..
Tanjungpinang
Kepri, Selasa 10112020/ 13.21 WIB
"LUNAS"
Rita Mayasari
Pernah sajakku
hilang di padang ilalang..
Tersesat
fikir dirimbun takdir..
Menerka
cerita esok hari sembari mengejar mega yang berlari kencang lalu menghilang
dikaki langit..
Hingga
kutemukan sebuah jalan terang diantara lautan kegelapan..
Kini ku
ucapkan selamat tinggal kisah kemarin..
Luka dan
duka yang pernah ada, peluk lah saja, dekap erat agar tak lepas wahai engkau
sang masa lampau..
Aku berkelana
dengan bekal rasa percaya..
Bahwa bahagia
menanti diujung senja..
Sakit yang
membias getir kujadikan cambuk, agar langkah ini tak terhenti..
Berusaha
mengilhami ada manis setelah pahitnya kopi..
Aku
melebarkan sayap harapan, mengudara melintasi cakrawala mimpi, mengitari
luasnya keinginan..
Menajamkan
penglihatan sebelum menukik pada sebuah pilihan sebagai pemberhentian..
Berhenti
sementara, hanya sebatas singgah, meninggalkan jejak..
Batu loncatan
tempat awal berpijak..
Pantang
berhenti sebelum namaku terdengar seantero negeri..
Hingga pada
saat itu, kelak akan kuteriakkan dengan lantang,
Inilah aku
yang diberi gelar sang penghayal..
Inilah aku
yang disematkan segala ejekan dan hinaan..
Inilah aku
yang selalu disuruh tidur lagi karena cita-citaku hanya dianggap nyata dalam
mimpi..
Telah lunas
ku bayar rasa malu dimasa lalu dengan prestasi..
Ku tukar
tawa sinis dengan senyumanku yang termanis..
Tanjungpinang
Kepri, Selasa 29 Desember 2020/ 00.30 wib
***
Demikian puisi karya Rita Mayasari yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment