Pindah Rumah Bagian 6 Cerbung Kutitip Rindu Untuk Ayah Karya Nova Elvira

Table of Contents



BAGIAN 6 "PINDAH RUMAH"

#Halaman 21

Masa mos telah berakhir di minggu pagi ini aku dan keluarga ini harus berkemas karena akan pindah rumah. Pindah kerumah yang jauh lebih besar. Berkemas pindah rumah butuh waktu perlahan hingga aku harus tidak masuk sekolah selama satu minggu. Dari berkemas hingga menata rumah yang baru. Rumah baru itu benar-benar sangat besar. Rumah itu bertingkat tiga. Ditingkat tiga tiadaruangannya hanya lepas seperti tempat untuk parti. Tidak berdinding penuh hanya berdinding setinggi pinggang. Ketika masuk ke gerbang rumah itu aku tidak menyangka rumah yang akan di tempati begitu besar dan memiliki begitu bnyak ruangan. Namun saat baru menyentuh pagar aku merasakan aroma yang sangat tidak sedap hingga perutku terasa mual yang amat mual. Lagi-lagi aroma itu hanya aku yang menciumnya. Rumah ini besar mewah tapi terkesan seram karena di kelilingi tanaman di sekelilingnya bahkan hampir menutupi sebagian rumah.

Perlahan ku memasuki rumah itu dan aroma amis itu semakin pekat. Karena tidak mau memikirkan aroma itu aku segera mengambil minyak hangat yang wangi sehingga aroma itu tidak lagi tercium pekat. Seandainya aku boleh memilih aku tidak ingin tinggal di rumah seperti ini namun apa daya selain ikut dengan mereka aku mau tinggal di mana lagi. Dengan rasa cemas dan takut,aku ayunkan langkah memasuki rumah itu. Aku takut apa bila nuansa mistis ini merasukiku. Karena apa bila hal itu terjadi aku tak mampu mengendalikan diriku semana mestinya. Perlahan kumasuki ruangan demi ruangan hawa dingin yang begitu menyelubungi pori-poriku. Hingga rasa mual benar-benar tidak sanggup lagi ku tahan namun sesegera mungkin aku hilangkan dengan minyak yang beraroma segar. Sehingga rasa mual itu bisa berkurang walau masih terasa. Dan aku serta mereka memulai mengatur di setiap ruagan. Ruangan yang begitu banyak dan besar butuh waktu yang lumayan lama menyelesaikannya. Dan terpaksa aku harus libur sekolah selama seminggu karena penyelesaian hnya aku dan mbak tatik yang bisa mengerjakan semua sebab mereka dinas kerja.

Masuk sekolah setelah libur selama seminggu di karenakan musti berbenah membuat aku tertinggal pelajaran awal. Dengan penuh pengharapan aku mengawali hari masuk sekolah lagi. Dan berharap teman sekelasku mau meminjamkan catatan pelajaran di awal sekolah. Namun di pagi yang begitu gembira aku malah di kagetkan oleh kabar yang membingungkan. Saat sampai di kelas teman-teman lansung menyambutku dengan perkataan yang tidak mengenakkan. Mereka mengatakan bahwa aku sudah berkali-kali di cari oleh kakak kelas karena sudah mencoba merebut kekasihnya. Nada mereka ada yang mengejek,ada juga yang peduli dan berusaha memberiku pemahaman. Sungguh aku tidak mengerti dengan semua yang mereka katakan karena aku tidak merasa seperti apa yang mereka katakan. Adarasa bagai di sambar petir di siang yang terang lalu di ikuti awan yang berkabut. Hati ku begitu tercabik oleh kabar yang tidak menyenangkan. Lalu aku duduk di tempat dudukku terdiam hanyut dalam kebingungan dan juga pertanyaan yang timbul di hatiku,Apa yang sudah aku lakukan sehingga mereka sedemikian padaku,siapa mereka yang merasa sudah ku ganggu kekasihnya,toh aku disini belum mengenal sesiapa apa lagi dekat dengan mereka ?

Pagi itu ku habiskan hanya duduk diam dan berfikir dan terus berfikir tentang apa yang baru saja mendera hatiku. Tidak lama kemudian bel masukpun berbunyi dan gurupun masuk mengajar di kelas. Sepanjang jam pelajaran 1 hingga 3 aku tidak bisa kosentrasi karena persoalan menghadangku pagi ini. Di saat jam istirahat pertama tiba pun aku masih saja duduk terdiam di kursiku. Kenapa aku bisa didera oleh hal yang tidak pernah kulakukan ? Siap dia yang mencariku dan merasa tidak nyaman dengan ku ? Siapa pria yang mereka katakan itu ? Aku sungguh tidak mengerti semua ini. Meliat aku hnya duduk diam dalam persoalan ku lalu beberapa dari mereka menghampiriku dan mencoba menjelaskan apa yang sudah terjadi selama aku tidak masuk kelas. Mereka mengatakan bahwa senior dri jurusan perhotelan sudah berkali-kali mencariku kekelas,namanya maria dan mariaitu kekasihnya kak syamnurija. Sungguh aku sangat kaget dengan penjelasan dari mereka. Karena aku tidak merasa merebut sesiapa dari sesiapa ?. Ingin aku mencari wanitabitu dan menjelaskan semuanya bahwa apa yang di fikirkanya itu tidak benar adanya. Karena aku dan kak syamnurija tidak ada hubungan sama sekali. Tapi teman-temanku melarangku karena itu tidak akan berbuah baik dan sebaiknya biarkan saja kata mereka. Mereka juga meminta agar tidak membuat senior merasa terganggu karena kita anak baru.

Masih duduk di tempat yang sama tiba-tiba suara siulan itu kembali kudengar dengan nada yang sama. Yah..dia lagi yang bersiul yah..dia kak syamnurija. Mendengar siulan itu aku lansung berdiri dan menghampirinya keluar ruangan,karna aku ingin dia menjelaskan semuanya padaku kenapa kak maria begitu marah padaku dan juga agar dia mau menjelaskan tentang aku dan dia tidak pnya hubungan apapun. Tapi tika di depannya entah kenapa aku bisa mengutarakan semua yang ingin ku katakan padanya. Namun malah sebaliknya ia memberiku hujanan pertanyaan kenapa sudah seminggu tidak masuk sekolah sambil ia mengembalikan buku diari kecilku. Sama sekali aku tidak ingat bahwa diari kecilku ada padanya. Karena aku tidak memberikan buku itu padanya. Hanya karena di angkot itu bukuku jatuh di hadapannya. Dan aku tidak menyangka jika dia membawanya pulang. Rasa dek-dekkan itu terus saja muncul ketika berhadapannya. Ingin aku menapik semua rasa itu tapi apa dayaku rasa itu terus saja hadir. Aku berharap semua perasaan itu bukanlah perasaan cinta yang tumbuh di dalam jiwaku. Karena disini aku hnya ingin menuntut ilmu bukan untuk pacaran.

Setelah aku mengambil buku itu dari tangannya ia pun pergi begitu saja. Dan aku pun tidak jadi mencoba bicara padanya tentang kak maria. Melihat pertemuanku dengan kak syamnurija di depan kelasku,teman-teman senyum-senyumbpadaku dan seakan ia tahu debaran jantungku ketika berhadapan dengannya. Namun kembali mereka menegaskan jangan sampai kamubjadi merusak hubungan orang ya ujarnya padaku sambil tersenyum. Ada pula yang mengatakan tak usah ambil pusing dengan maria tu,dia juga bukan sesiapanya syam kok,nada membela padaku. Ah..mereka teman-temanku yang mungkin jadi sahabatku dan juga mereka mungkin nantinya juga ada yang tidak menyukaiku.

Terlepas dari sikap teman-temanku aku segera menyembunyikan diari itu kedalam tas tanpa meliat isi diari itu. Hari ini berlalu begitu cepat tak terasa tiba juga di penghujung jam pelajaran dan tentunya segera pulang. Namun sebelum pulang dalam menunggu angkot aku melihat kak syam sendiri sedang menunggu angkot di halte. Beberapa angkot ia biarkan berlalu entah kenapa sebab nya.lalu akupun menyebrang jalan menunggu angkot,tidak lagi dengan arah yang sama dengannya. Melihat aku menyebrang jalan ia pun ikut menyebrang jalan dan meminta aku menunggunya,seakan ada yang ingin ia katakan. Ternyata memang benar dia ingin bicara dengan ku. Dan dia menanyakan kenapa seminggu tidak masuk sekolah,serta kenapa sekarang aku menunggu angkot di seberang jalan. Lalu aku menjekaskan tentang bahwa kami baru saja pindah rumah dan berbeda haluan darinya. Hanya itu yang aku katakan padanya lalu aku segera naik angkot karena aku tidak ingin berlama-lama bicara dengannya karena ingat akan kak maria yang tidak menyukaiku dekat dengan kak syam.

Selama di dalam perjalanan entah kenapa juga aku terfikir akan diariku yang baru saja di kembalikan oleh kak syam. Perlahan aku membuka diari itu terlihat jelas ada tulisan yang asing bagiku. Jelas itu bukan tulisanku,tulisan itu berisikan biodatanya serta beberapa sajak dan sebuah pesan singkat darinya. Mataku terpana pada pesan yang ia tuliskan,' jangan pernah sedih yang berlebihan karena mereka menyukai kesedihan dalam dirimu. Itulah pesan yang ia tuliskan untukku. Seakan ia tahu persis tentang diriku tentang hidupku. Apa karena dia sudah membaca buku harianku ini ia bisa mengetahui semua tentang ku ?,ah..sudahlah mungkin saja hanya kebetulan.ujarku di dalam hati sambil menatap keluar karena sudah hampir tiba dan segera meminta sopir untuk berhenti. Sesampai dirumah hatiku tak nyaman dengan pesan yang di tuliskan oleh kak syam,mungkin ia benar dengan apa yang ada di dalam diriku. Insting yang lebih dari orang pada umumnya namun bisa membahayakan diriku. Tapi tidak akan ada yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi di hari esok. Pesan itu tidak harus menjadi buah fikiranku apa lagi mempercayai apa yang tidak seharusnya di percayai. Karena hal seperti itu bisa dikatakan menduakan tuhan. Aku tidak ingin mempercayai hal itu.

Di rumah ini memang merasa tidak nyaman ditambah lagi tentunya tugasku jauh lebih banyak. Dan waktu yang kumiliki untuk diriku tidak lagi ada dan intinya bila sudah di rumah maka aku adalah pembantu rumah tangga seperti mbak tatik. Lelah memang tubuhku tapi inilah jalan yang harus ku tempuh. Hari berlalu terkadang terasa sangat lama dan juga sangat melelahkan. Tugas-tugas sekolah ku semakin hari juga semakin banyak. Setiap hari apa yang kurasakan aku tuangkan semuanya dalam buku harianku. Lelahku,rinduku pada keluargaku di kampung menjadi ladang buah penaku. Ketika tuntutan tugas rumah yang semakin hari semakin banyak aku sering merasa bosan dengan semua itu dan hanyalah lagu-lagu sang senandung yang menemani hariku di rumah. Aku tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga apa lagi memiliki teman. Teman bagiku hanya ada di sekolah itupun tidak semua di antara mereka yang bisa berbaur denganku. Mereka seperti membuat kumpulan atau geng dan hal itu membuat aku tidak nyaman dengan mereka. Sejatinya aku tidak suka memilih-milih teman namun merelah memisahkan diri untuk gengnya masing-masing bakan dalam belajar termasuk kurang bersosialisasi. Di kelas aku pnya 2 teman yang benar-bisa aku percaya. Mereka adalah yanti dan jaiya, dikelas kami hanya ada perempuan saja.

Semenjak diariku di kembalikan oleh kak syam entah kenapa hatiku rasanya ingin di mengisinya lagi dengan sajak-sajak darinya. Dan itu aku kakukan aku meminta ia menulis sajak-sajak darinya. Dan itu sering aku lakukan sehingga ada pertemuanku dan dia. Hubunganku dan dia tidak kebih dari sebatas itu walau sesungguhnya semakin hari persaanku padanya meyakinkan aku bahwa aku jatuh cinta padanya namun itu hanya kusimpan di dalam hatiku saja. Semakin hari hari-hariku makin sibuk namun hatiku semakin sunyi. Berbagai hal persoalan mulai timbul di dalam rumah ini kareba waktu ku yang sulit untuk ku bagi. Karna masuk sekolah di bidang kejuruan terkadang harus menyelesaikan tugas dari guru hinga sore. Itu pun juga harus di tambah pekerjaan rumah dalam materi sedangkan di rumah setumpuk pekerjaan sudah menungguku.

Tiada hari tanpa kesibukkan yang sama dan masalah mulai datang silih berganti di dalam hidupku. Mulai dari pulang tak tepat waktu dan hingga tugas-tugas sekolah yang tidak dapat ku selesaikan. Hari ini saat jam pulang sekolah jiwaku sangat terasa sakit karena melihat kamarku yang tidak lagi seperti biasanya. Tentunya semenjak aku pergi kesekolah tadi,kini kudapati kamarku bersih dari semua yang berharga bagiku. Yaitu bersih dari semua poster-poster bang tomok dan bahkan semua kaset bng tomok. Siang itu sangat menghancurkan hatiku terlebih lagi dari jendela kamarku terlihat mabak tatik tertawa riang sambil membakar kaset-kaset serta poster itu. Karena menurut mereka aku sudah tidak disiplin lagi dengan waktu dan pekerjaan rumah karena sibuk dengan semua poster itu. Hancur sehancur-hancurnya hatiku namun semua telah hangus tapa bisa ku ambil. Ia membakarnya di belakang pekarangan tepat di bawah jendela kamarku di lantai dua. Lalu dengan masih berseragam aku turun ke pekarangan belakang dengan berharap masih ada yang belum ia bakar. Tapi tak satupun yang tersisa lagi. Air mataku jatuh namun tak bersuara. Ragaku hanyut dalam keperihan. Perih melihat semua yang mereka lakukan pada semua kesenangan yang aku punya. Tiada lagi alunan musik sang senandung yang dapat ku dengar di rumah ini. Dan bahkan sekarang uang sakupun telah berkurang hanya cukup untuk transportasi saja.

Sungguh kepahitan yang amat dalam bagiku peristiwa hari ini. Semua ocehan mereka di rumah ini sangatlah melukaiku. Kesedihanku hari ini membuat ku semakin rindu pada ayah,ibuku. Andai saja mereka dapat ku jelang seketika mungkin aku sudah mendekap mereka agar luka ku bisa sembuh dengan pelukkannya. Tapi itu hanyalah hayalanku saja karena mereka sangatlah jauh dari jangkauanku. Dari pulang sekolah semenjak melihat semua itu aku hanya berdiam diri di dalam kamarku bahkan aku tidak sanggup untuk menelan sebutir nasipin seteguk airpun hingga malampun tiba. Jiwaku begitu larut dalam kesedihan dan aku mersa tidak sanggup lagi. Dan ketika itu pula aroma amis itu sangat mendekatiku dan seakan mereka.mengingikan ragaku berlumur darah.


#Halaman 22

Putus Asa

Di tengah malam yang teramat sunyi luka di hatiku yang teramat dalam. Air mata kupun telah habis sudah menangisi apa yang baru aku alami. Bisikan-bisikan seakan datang menemani jiwaku dalam kekosongan. Dibtengah malam yang sunyi langkah ku begitu ringan berjalan di atas tembok yang tipis. Entah apa alasan langkahku sehingga raga ini seakan di kuasai oleh keputus asaan yang teramat dalam. Jauh dari orang tua jauh dari diriku sendiri. Menjalani hidup yang tidak bisa untuk hidupku sendiri. Dari lantai tiga rumah itu seakan terlihat jalan untuk pulang. Seakan ayah ibu memanggil-manggilku pulang namun itu hanyalah imajinasiku karena terlalu rindu terlalu sedih. Seandainya langkah ku menuju arah pulang malam ini mungkin tamatlah cerita hidupku. Tapi aku masih bersyukur di tengah langkahku di atas tembok itu ada suara seruan takbir kudengar sangat menampar kekosongan jiwaku. Dan entah dari mana dasar suara itu aku tidak tahu namun suara takbir itu begitu lekat di telingaku. Dan akhirnya langkahku mundur seakan suara takbir serta solawat itu hadir untuk membangunkan aku dari rasa putus asa,rasa sedih yang berlebihan. Suara itu ia lah suara sang senandungku bng tomok, yang bergema dalam syairnya selamat hari raya. Syairnya yang begitu kuminati namun kehamoaan hatiku karena semua yang terjadi hari ini. Benar-benar membuatku kehilangan kebahagian ku satu-satunya. Tapi di malam yang sunyi ini dia hadir tanpa aku nyalakan. Tidak lagi bisa aku bermanja dengan suaranya di rumah ini. Tidak bisa lagi aku menghibur diriku dari tumpukkan tugasku di rumah ini.

Dion. Selama pindah kerumah ini aku tidak pernah mengenal tetanggaku sama sekali. Tapi pagi ini saat keluar dari rumah dan menuju menanti angkot ada seseorang yang mendekatiku. Ia memberiku secarik kertas dan ia mencoba bicara dengan isyarat, agar aku mahu membacanya. Dia adalah dion yang punya kekurangan dalam berbicara. Awalnya aku bingung saat mencoba memahami apa yang ingin ia katakan padaku. Perlahan aku mencoba memperhatikan cara bicara lewat gerakan tangannya. Dan saat ia mencoba menjelaskannya ia menangis karena ia melihat aku yang berdiri di tembok di tengah malam yang sunyi. Ia memintaku intuk tidak lagi bersedih dan ia juga mengatakan bahwa dirinya melihat semua yang terjadi kemarin. Iaturut sedih dengan apa yang aku alami. Dion memang tidak bisa bicara namun secarik kertas yang ia berikan adalah tulisan hatinya. Bahwa ia juga pernah putus asa namun ia sadar tidak seharusnya kita putus asa sehingga mengambil jalan pintas. Di secarik kertas itu ia berpesan bila aku rindu suaranya naik lah ke lantai atas aku pasti mendengarkan suara sang senandungku. Dia berjanji akan memutarkannya untukku. Karena dia juga menyukai lagu-lagu itu. Tidak lama aku memahami pembicaraannya karena aku harus pergi kesekolah. Terpancar di wajahnya yang memberikan ku semangat untuk menjalani hari. Melihat senyumnya yang menberiku semangat akhirnya akupun tersenyum. Di dalamperjalanan menuju sekolah aku teringat kebodohan yang hampir saja aku lakukan semalam. Jika itu benar-benar terjadi betapa berdosanya diriku Betapa aku melukai hati ayah ibuku. Yang sangat menyayangiku. Ah..semoga hariku tidak lagi seperti ini. Diracuni oleh kesedihan yang mendalam. Dan tiba-tiba saja akunteringat pesan dari kak syam yang ia tuliskan di dalam diariku. Mungkinkah ini arti pesan yang ia maksudkan padaku ?.oh..sungguh aku tidak menyangka kalimat itunsudah aku abaikan. Setiba di sekolah akunsegera mencarinya namun kak syam tidak ku temukan.

Bahkan seharian ini aku tidak melihatnya mendengarkan siulannyapun tiada sama sekali. Bahkan di kelasnya kosong kursi yang ia tempati. Hari ini entah kenapa aku ingin sekali bertemu dengannya. Seakan suda lama tak bertemu. Bahkan seandai aku tahu di mana rumahnya ingin aku datang keruhnya itu. Tapi apan dayaku aku tidak tahu. Ingin rasanya aku minta maaf karena tidak mengingat pesan darinya. Sehingga aku hampir saja melakukan kebodohan di dalam hidupku. Hari brlalu begitu terasa sangatlama ku lewati hari ini Bahkan enggan rasanya untuk pulang sebelum bertemu dengannya. Di saat akan pulang aku mendengar teman sekelasnya yang membahas tentang kak syam. Mereka mengatakan kalau kak syam sedang di rawat di rumah sakit. Ingin aku bertanya pada mereka akan kegenaran itu namun aku takut mereka salah faham padaku. Dan akhirnya aku urungkan niatku itu. Lebih baik aku menunggu ia kembali masuk kesekolah.

Sehari dua hari aku menantinya dan akhirnya di hari ketiga ia pun kembali kesekolah. Pagi itu aku bertemu dengannya namun aku tidak sempat berbicara karena ia terlihat tergesa-gesa. Jangankan bicara menoleh saja tidak padaku. Tapi aku bisa makluminya karena mungkin ada hal yang harus segera lakukan. Dan di jam istirahat pertama aku mencoba mencari kekelasnya namun aku juga tidak menemukannya lalu aku menyusuri taman dan ternyata dia ada di taman. Awalnya aku senang bisa menemukannya tapi alangkah hancurnya hatiku dengan apa yang ku dapati ketika aku sampai di dekatnya. Al hasil air mataku jatuh berderai. Kedua mataku tidak sengaja melihat dia yang sedang berduaan dengan seorang wanita. Wanita itu bukanlah wanita yang biasanya bersamanya. Wanita itu anak kejuruan lain namun kelas satu juga. Mereka tampak begitu mesra, disini aku sungguh tidak mengerti kenapa air mataku jatuh ketika melihat mereka ?. Padahal antara aku dan kak syamnurija tiadak pernah ada hubungan apapun hanyalah sekedar kenal saja. Untunglah mereka tidak melihatku ketika aku melihat mereka berdua, apalagi melihatku menangis. Lalu tanpa harus aku menemuinya aku kembali pergi untuk hilangkan perasaan aneh yang menggerogoti hati ku saat ini. Aku menjauh ke sudut taman lain dan menangis sendiri. Lama rasanya air mata ini kering agar aku bisa kembali kekelas bahkan aku terpaksa masuk terlambat agar wajah sedihku tidak lagi mewarnai pipiku. Walau aku tidak lagi menangis saat sampai di kelas namun hatiku masih saja gundah dan penuh tanda tanya yang entah kapan ada jawabannya.

Hari berlalu terasa hambar oleh air mataku sendiri. Hatiku terus saja bertanya - tanya, apa yang sebenarnya terjadi di hatiku ?. Apakah aku benar- benar jatuh cinta ?. Ah ..itu tidak mungkin,balasku berulang - ulang menapik semua itu. Jika iapun aku jatuh cinta kenapa harus padanya ? Dia tidak pernah punya perasaan apa - apa padaku. Dan bila ia kenapa haris sekarang perasaan ini muncul ? Aku masih ingin belajar, aku tidak ingn ada cinta - cintaan yang bisa membuat aku terganggu dalam menuntut ilmu. Apa lagi pacaran seperti mereka aku sungguh tidak suka. Bermesraan di tempat terbuka di lingkungan sekolah pula.sungguh aku tidak suka semua ini. Hari ini hatiku bercampur aduk, ada sedih, marah semuanya seakan datang padaku.

Hari berlalu malampun tiba hatiku masih saja tidak nyaman di tambah lagi suasana rumah yang begitu sunyi tanpa alunan lagu bang tomok. Malam semakin larut mataku masih saja belum bisa tidur. Lalu aku pergi ke lantai tiga ruangan lepas tanpa cahaya. Dan ku lihat sekeliling hanya terlihat cahaya lampu yang berkedip-kedip dari kejauhan. Di saat aku mencurahkan resahku pada malam yang gelap tiba-tiba ada cahaya bulat yang menyinari pas di wajahku. Cahaya itu sangat silau sekali dan tak lama kemudian aku mendengar alunan musik lagu dari bang tomok. Ternyata di seberang sana ada dion yang tau keberadaanku di lantai tiga. Dan sepertinya dia juga tau kalo aku sedang sedih sehingga dia menyalakan musik lagunya bang tomok grob band new boyz. Sungguh kesedihanku seketika raib berubah menjadi senang, senang mendengar suara bang tomok walau dari agak kejauhan. Namun itu sudah mengobati kerinduanku pada suaranya bang tomok.

Tak terasa malam semakin larut dan berkat dion membunyikan kaset lagu new boyz akhirnya kantukku pun datang. Dan lagu itupun telah habir di putar sebagai terimakasihku pada dion aku melambaikan tangan dan pamit tidur. Namun sebelum itu dion memberi isyarat agar aku naik kelantai atas setiap malam. Ia berjanji akan menyalakan kaset new boyz untukku agar aku bisa menikmati suara bang tomok. Aku merasa lega bila sudah mendengarkan suara bng tomok. Dan kehadiran dion membuatku sedikit lega walau kami tidak saling bertemu tapi dia seakan tahu semua tentangku. Walau dion tidak bisa berbicara dengan baik aku merasa berhati baik. Setiap malam ia menyalakan lagu new boyz untukku. Sekarang lantai tiga menjadi ruang lepas faforitku. Bahkan aku sering tidur hibgga pagi di sana walau dingin namun aku menikmati udara yang bisa membuat aku damai. Menikmati bintang dan bulan di malam hari membuatku seakan memiliki duniaku sendiri. Aku melakukan semua kegiatanku di lantai tiga sendiri setelah semua aktifitas tugas rumahku selesai.

Dan bahkan lantai tiga adalah tempatku meluahkan segala keluh kesah serta kerinduanku pada orang tua ku. Di sini lah aku mulai menemukan diriku dengan sang pena. Aku mulai menyendiri dan bercerita hanya dengan sang pena. Dan walau di sekolahpun aku menjadi sering menghindar dari teman-temanku karena aku sering tidak bisa mengikuti semua keinginan mereka dan bahkan gaya hidup mereka tidak bisa aku ikuti bila hanya demi berkawan. Aku menikmati hidupku tanpa harus menjadi seoerti mereka. Walau aku merasa tidak bisa bergabung dengan mereka namun aku masih pnya beberapa teman yang sefikiran denganku. Aku tidak perduli bika sering di katakan kuper dan lain-lain. Aku menikmati di setiap waktu yang ku miliki bersama teman yang bisa menerimaku apa adanya.


#Halaman 23

Setelah aku memberikan itu entah apa yang ada di dalam fikiranku. Seakan aku sudah melepaskan apa yang ada di hatiku. Aku berharap ia tahu bahwa aku menyukainya walaupun aku tidak mengatakannya. Kaset itu sangat berharga bagiku seperti hatiku pada. Ah lagi-lagi perasaan itu menggangguku padahal aku sudah tau bahwa dia tidak mungkin menyukaiku. Dan apa lagi pria seperti dia suka gonta-ganti pasangan mana mungkin aku sanggup menjalin hubungan dengan pria seperti itu. Dan satu hal lagi aku sudah berjanji selama aku masih sekolah aku tidak akan pacaran dulu.

Di sepanjang kembali menuju kelas hatiku sungguh tk karuan lalu sementara itu ternyata sahabatku yanti mengetahui saat aku menberi kado itu pada kak syamnurija. Dan ia merasa bahwa aku sudah melanggar apa yang oernah aku katakan. Tepatnya aku tidak boleh mengatakan pada kak syamnuri bahwa aku mencintainya. Karena tidak baik perempuan yang menyatakan hal itu. Namun sebelum ia menceramahi aku, aku menceritakan apa yang sudah ku lakukan saat itu aku mengatakan bahwa tidak menyatakan apa-apa pada syamnuri. Aku hnya memberinya sebuah kado sebagai hadiah ulang tahunnya dan aku tidak berucap apa-apa selain itu. Saat pulang kerumah di persimpangan jalan menuju rumah. Tiba-tiba saja aku di samperin oleh Doni dan dia membawakan secarik kertas. Kertas itu berisi tentang sebuah artikel sebuah seminar karya tulis. Dion ingin aku mengikuti seminar itu karena menurut dion aku suka menulis. Dan ternyata dion sering memunguti sobekan kertas yang aku buang setelah aku tulisi dari lantai tiga. Dan ia mengatakan semua yang aku tulis itu sangat menarik.

Melihat wajah dion, yang percaya dan memberiku semangat aku jadi tidak enak bila harus menolaknya. Terlihat harapan yang murni di matanya. Sambil tersenyum aku mengambil sehelai kertas yang ia berikan. Dan aku berjanji akan mencoba mengikutinya esok atau lusa. Karena seminar itu ada selama dua hari berturut-turut. Melihat senyum dan bahasa tanpa suaranya membuat hatiku damai. Seakan ia ada untuk sebuah semangat dan senyuman yang manis pelumpuhkan kesedihanku. Dan akhirnya lusa itu tiba akupun mencoba mengikuti seminar itu. Kebetulan tidak jauh dari sekolah jadi sepulang sekolah aku bisa lansung datang ke gedung seminar itu. Sambil membawa secarik kertas peserta seminar. Seminar itu berlansung selama satu jam mulai dari jam 2 hingga jam tiga. Namun seminar itu membuatku pulang telat dari biasanya dan hal itu membuatku mendapatkan masalah sesampai di rumah.

Terlihat saudaraku yang sedang menungguku bersama istrinya. Wajah mereka tampak begitu begis melihat ku. Belum sempat aku berucap salam aku di hadang dengan perkataan : ini kelakuan kamu setiap hari keluyuran buang-buang waktu berteman dengan para gelandangan!. Perkataan yang sangat menyakitkan bagiku, walau aku bicara jujur tapi tidak akan ada artinya mereka tidak pernah mau mencoba mendengarkan pendapatku, kejujuranku. Perlahan ku tarik nafas dan minta maaf atas sikapku hari ini karena pukang tidak tepat waktu. Lalu aku menyodorkan sehelai kertas pendaftaran untuk mengikuti kegiatan sebagai wartawan muda di sebuah harian pagi. Jangankan mereka membacanya melihatnya saja mereka tidak mau. Lalu kembali ku simpan karna sepertinya merekapun tidak mungkin mengijinkanku untuk mengikuti kegiatan ini. Karena mereka membutuhkanku untuk membantu menyelesaikan semua tugas di rumah.

Dengan langkah gontai dan hati yang teriris air mata yang tak mampu terbendung menuju lantai dua kamarku. Namun untuk apa aku menangis tanyaku pada diriku sendiri, toh selama ini di sini memang beginilah adanya.Semua penjelasanku tidak ada artinya bagi mereka. Apa lagi mau mendengarkan keinginan ku. Mereka hanya ingin aku mengikuti semua keinginan nya di rumah ini. Walau mereka saudaraku tapi aku tidak merasakan bagai mana persaudaraan yang sesungguhnya dengan mereka.  Jika mereka melihatku sebagai saudara tentunya mereka tidak seperti ini padaku. Seandainya ayah dan ibuku tidak jauh di seberang sana mungkin aku akan kembali padanya, memeluk erat mereka. Tapi apa dayaku mereka jauh di seberang lautan sana.  Sembari aku menatap ke arah laut dari jenela. Perlahan ku hapus air mata lalu ku lanjutkan semua aktifitas rumah yang menumpuk menungguku.

Hingga malam tiba tugas-tugasku masih menumpuk namun aku harus segera istirahat agar esok bisa aktifitas seperti biasa. Tapi sebelum tidur aku naik ke lantai tiga karena sebelumnya ada pantulan cahaya dari luar. Cahaya itu adalah pertanda dari doni yang akan menyalakan lagu kesukaanku dari grob new boyz. Dari jendela doni terlihat menyemangatiku dengan senyum dan gerakkan jarinya yang memintaku utuk selalu semangat. Dan juga seakan ia tahu apa yang sedang ku rasakan. Walau aku selalu berusaha tersenyum padanya ia tetap saja tau bila aku sedang bersedih. Dia juga minta maaf sudah membuat aku dalam masalah karena mengikuti seminar itu. Tapi semua itu ku lakukan karena memang aku juga menginginkan pengetahuan dalam menulis. Walau aku tidak bisa mengikuti kegiatan sebagai wartawan muda paling tidak aku sudah bisa memulai menulis. Mengisi kolom harian pagi dengan sajak-sajak sederhana milikku. Esok aku akan sampaikan pada doni kalo aku baik-baik saja. Aku tidak ingin dia merasa bersalah karena dia sudah membuatku senang. Tiap malam ia putarkan lagu kesukaanku agar aku merasa terhibur setelah seharian lelah karna tugas-tugasku.


#Halaman 24

Malam ini air mataku ku hapus dengan nyanyiannya. Walau suara itu tidak begitu dekat namun cukup terdengar dan sangat ku nikmati hingga aku mengantuk. Terlihat di seberang sana doni melambaikan tangan dan memberi isyarat agar tabah dan bahagia selalu. Kehadiran doni di seberang sana membuat penghujung malamku tersa damai.

Dan tak lama kemudian akupun merasa mengantuk dan turun kembali ke kamar karena nyanyiannyapun sudah habis. Saat terbangun subuh seperti biasa aku mengerjakan tugas ku walaupun semalam aku merasa tidak nyaman atas sikap mereka namun aku berusaha tetap seperti biasa. Di saat akan berangkat ke sekolah aku mendengar suara dering telfon namun tidak ada yang mengangkatnya. Lalu aku kembali ke ruangan tengah untuk mengangkat telfon itu. Sungguh aku tidak menduga ternyata telfon dari kampung tian adik ku yang menelfon. Sungguh aku sangat senang mendapat telfon dari kampung karena aku sangat merindukan kabar dari mereka. Tapi rasa senang yang aku rasakan dalam seketika berubah begitu saja.

Aku: Halo...

Jawabku mengangkat telfon

Tian: asalamualaikum kak tian

Aku: ya, tian ibu mana? Ayah mana?


Aku kangen sekali sama ibu, ayah dan kamu ulasku lagi dengan gembira padanya. Namun dia tidak menjawab dia hanya diam beberapa saat.lalu akupun sesaat terdiam dan berfikir ada apa sebenarnya kenapa tian terdengar berbeda dari biasanya.lalu aku kembali bertanya hal yang sama padanya.kali ini ia bersuara.

Tian : ya kak.ibu ada dirumah menemani ayah.jawabnya pelan dan terdengar bingung.

Aku: menjaga ayah, ulasku. Ayah kenapa, ada pada dengan ayah? Apa yang sudah terjadi pada ayah? tanyaku bertubi-tubi yang mulai turun air mata. Namun tian lagi-lagi hanya diam hingga akupun terdiam ,terhenyak duduk di lantai sambil memegan telfon.

Lalu aku kembali bertanya bertanya pelan sambil menghapus air mata dan membenahi bicara.

Dan akhirnya tian menjelaskan semuanya. Bahwa sebenarnya ayah sudah lama sakit setelah aku pergi meninggalkan kampung. Tapi ibu selalu melarangnya memberitahukan aku. Karena itulah ayah tidak pernah ada ketika menelfonku. Dan sekarang ayah semakin parah sakitnya. Ayah tidak lagi bisa bekerja dan sekarang ibu yang harus bekerja mencari uang untuk kehidupan sehari-hari. Sedih sekali hatiku mendengar kabar dan kenyataan ini. Seusai mendapat telfon dari tian perlahan aku kembali melanjutkan langkahku menuju gerbang dan menunggu angkot lewat.

Walau aku telah berusaha menghapus air mata di pipiku dan mencoba tersenyum tapi mata dan pipi ini tetap saja tidak bisa menghilangkan bekas hati yang sedang terluka. Bibir ini terasa sangat berat untuk tersenyum dan langkah ini begitu sangat berat ku langkahkan. Pandanganku begitu kosong bdan binar-binar air mataku terus saja berkaca-kaca teringat akan ayah. Semenjak berpisah aku tidak pernah bicara, mendengarkan suara ayah sekalipun. Sudah hampir dua tahun berpisah sekarang terdengar kanar kalo ayah ternyata jatuh sakit setelah aku pergi. Betapa hancurnya hatiku, betapa kecewanya aku pada ibu yang selama ini selalu mengatakan bahwa ayah sehat-sehat saja. Begitu pandai ibu menyembunyikan penderitaannya dariku. Sehingga ia harus mencari nafkah sendirian tanpa ayah. Mungkin ibu sengaja melakukan semua itu demi aku, demi pendidikanku. Tapientah mengapa aku marah dan sedih dengan semua itu pada ibuku. Namun sepanjang jalan didalam angkot banyak hal terlintas di benakku. Ingin rasanya aku kembali pulang tinggalkan semuanya, lupakan impianku agar aku bisa bertemu ayah lagi. Hatiku begitu berkecamuk bibirku diam seribu bahasa. Teman memangil saja tak terjawab oleh bibirku. Langkah ku berlalu seperti orang sombong saja di depan mereka. Sesampai di kelaspun aku hanya duduk diam menyendiri di kursiku.

Sebak didada terasa sangat terlalu dalam perih ke ulu hati. Perasaan sedih ini membiatku tidak bisa mengikuti materi pelajaran. Di jam istirahatpun aku menyendiri di taman. Air mataku terus saja jatuh membasahi pipiku. Bahkan aku tidak sadar entah kapan kak syam datang dan duduk di sampingku. Taman ini cukup luas kenapa dia malah duduk di sampingku. Dan kenapa dia disini, perasaan ku tiba-tiba bingung akan kehadirannya, bingung namun jantungku mulai berdetak kencang kala sadar ia di sampingku. Sesegera mungkin ku hapus air mataku tika aku sadar kak syam berada di sampingku. Saat aku sibuk menghapaus air mataku terdengar suara,; ah..biarkan saja air matamu itu menemani lukamu hingga saatnya ia menemukan celahnya sendiri.kalimat itu ia lontarkan sembari memberiku sebuah sapu tangan. Melihat ia yang menyodorkan sapu tangan aku berusaha tersenyum dan berucap terima kasih padanya. Namun aku menolak sapu tangan tersebut karena aku sudah punya sapu tangan di tanganku. Lalu ia kembali menyimpannya. Dan entah kenapa ia malah tersenyum -senyum melihat ku yang sedang sedih dan menyendiri. Lalu dia memintaku untuk meminjamkannya buku yang biasa ku minta dia mengisi dengan tulisannya. Akan tetapi dia meminta aku berjanji terlebih dahulu agar tidak lagi bersedih, dan ia mengatakan bahwa kesedihan yang berlarut tidak akan memberikan solusi untuk kita. Sebaiknya carilah cara untuk lupakan kesedihan itu, ujarnya padaku dengan harapan aku berhenti bersedih. Tidak ada gunanya bersedih seperti ini, yang ada fisikmu yang akan merasakan dampak buruk dan mereka yang tak kasad mata menghampirimu. Apa kamu mau itu terjadi lagi?, ulasnya menegaskan agar aku berhenti bersedih. Mendengar semua ucapannya seketika ada kelapangan di dadaku. Merasa lega dan seakan aku menemukan solusi dari persoalanku. Mendengar semua ucapannya aku tersenyum dan menjawab permintaannya. Baik kak saya akan ambilkan buku itu sebantar ya kak, jawabku. Lalu segera aku pergi mengambil buku itu dan memberikannya. Sembari membuka-buka buku tersebut ia berkata,; Alangkah baiknya buku ini kamu tulisi semua yang kamu rasakan sehingga sesaknya kehidupan bisa sedikit melegakan ,apa bila kamu memang tidak bisa percaya pada rang lain. Kamu juga boleh mengisi mading sekolah dengan karya tulismu kapanpun kamu mau. Ujarnya.

Sebenarnya aku mau menulis untuk mading tapi aku tidak percaya diri takutnya karya ku tidak bagus. Dan aku tidak ingin di perolok-olok oleh teman-temanku. Bila mana dia tahu kepada siapa isi sajak yang ku tuju.

Kehadiran kak syam di taman menemaniku membuat sedikit ringan rasa perih yang sedang ku rasakan. Bahkan gurauanpun mulai terlepas, namun aku juga merasa takut bila mana aku tidak bisa menahan perasaanku yang hadir padanya. Ah kenpa debar jantungku selalu mengikuti kala dia hadir di dekatku. Dan bahkan gurauannya terkadang membuatku salah tingkah. Dan di taman itu menyanyikan lagu khilaf untukku. Lagu dari penyanyi sangat aku suka, aku merasa sangat terhibur olehnya. Usai ia bernyanyi ia tiba-tiba saja memegang tanganku, jujur jantungku semakin berdebar kencang. Sembari memegang tanganku ia brkata; jangan lukai ragamu, jangan ikuti kesedihan yang menghantuimu. Kata-kata yang dalam dan seakan dia tahu bila akhir-akhir ini aku terlalu sering sedih dan menyakiti diriku sendiri. Ada hal yang tidak aku mengerti kenapa dia bersikap seperti ini padaku. Apa dia tau jatuh hati padanya? Jika ia kenapa ia diam saja tentang hatinya?. Sungguh rasanya ingin aku menanyakan hal itu tapi mulutku begitu berat untuk bicara. Andai saja ia bilang menyukaiku mungkin petanyaan di dalam hatiku akan hilang. Tapi hal itu tidak terucap di bibirnya.


<<< Bagian 1 "Rumah Saudara Ibuku"               
Lanjut Baca 
KLIK >>> 
(Silakan hubungi penulisnya untuk baca Bagian 7 dengan klik pada nama penulis berikut ini Facebook Nova Elvira)

Profil singkat penulis :
Facebook Nova Elvira
Instagram Nova Elvira

(Catatan Penutup)

Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi

Post a Comment