Menanti di Ujung Nestapa Kumpulan Puisi Cinta Kecewa Singkat Karya Kei Naz

Table of Contents

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam kopi pahit...
Puisi merupakan ungkapan perasaan yang menggambarkan tentang cinta, kehidupan, bahagia, sedih, rindu dan alam.
Oleh karenanya pada postingan ini, admin ingin membagikan puisi karya KEI NAZDalam hal ini admin menekankan bahwa sumber tulisan dan hak cipta sepenuhnya milik penulis.


Terjerembab Sesal (Puisi Karya Kei Naz)

Bersimbah darah kepiluan kau melepasku. Sorot matamu lukiskan duka paling nganga, tak kuhiraukan meski suara hatiku terisak meratapi laju langkah kepergianmu.

Duhai engkau Rahwana pemilik Alengka pemuja cinta menghamba kasih.Tahun-tahun aku terpenjara dalam jeruji cinta sang Dasamuka. Benih rasa entah tumbuh di ladang hati yang kupagari doa. Bayang-bayang kekasih madu tak jua menjelma nyata, tak kunjung menjemput diri yang dipasung asmara durjana.

"Haruskah cinta berpaling sedang diri terikat noktah suci sang Dewa." Jerit hatiku kala diri tak lagi sanggup didera lara.

Kau pertaruhkan nyawa atas nama cinta, sedang aku Dewi Shinta menunggu jutaan rindu yang terkapar tiada kabar. Menghalau rasa kian membinasakan dada. Memeluk teguh kesetiaan jatuhlah aku pada selaksa denyar. "Gerangan rasa apakah ini?" Dalam pengembaraan waktu tiada jua menemu peluk yang mampu palingkan dari pedihnya luka-luka.

Sekembalinya aku dari pertaruhan takdir. Wajah kekasih muram menyuguh ragu, sangsi akan kesucian diri. Terlaknat sudah  hari-hari yang kulalui dengan getir, inikah cinta sejati yang  kau agungkan? dengan menyalakan api tuk membakar ego hingga mengabu.

Kini dalam gumam hampa aku terasing, mengenang asmaradana yang berlinang kepedihan. Betapa jauh sajak cinta dan kesetiaan kuaksarakan, berkali-kali kutuliskan "Sekali lagi seluruhku ingin kau tawan."

------------------

Balikpapan 8 Januari 2022

 

Sebelum Menjadi Abu (Puisi Karya Kei Naz)

Ranting-ranting itu sudah menjadi abu. Bagaimana bisa mewartakan luka-luka pada dedaunan yang pernah mendekap rimbunnya, tiada  sesal yang akan membawanya pada muasal. Hanya isak yang luruh saat rinai menghujam, membawa tubuhnya yang telah mengabu, menebarnya pada arus takdir. "Bukankah garis-garis kehidupan telah menyatu erat bersama genggam, jauh sebelum ruh ditiupkan?"

Ranting-ranting itu sudah menjadi abu, pasrah pada musim-musim yang akan menghantarkannya pada satu cuaca, dimana perpisahan dirayakan dengan kehangatan sebuah peluk, dan kepergian tak membuat hatinya remuk. Hanya relung yang santun mengeja pesan yang singgah dan membawa selembar kain untuk menampung linang demi basah yang tiada sesiapa akan menyeka.

"Sebelum menjadi abu, telah kutitipkan ketabahan pada relung sunyi, di bibir kelopak yang ranum menawarkan wewangian surga, juga pada kumbang yang di kedalaman hatinya memagut sari pati cinta hingga tandas."

Maka nyala api manalagi yang harus dipadamkan baranya, jika aroma ranting telahpun selesai menguar getir dan kisah rindu baru saja dimulai.

-----------------

Balikpapan, 10 Januari 2021

 

Menanti di Ujung Nestapa (Puisi Karya Kei Naz)

"Tak inginkah kau pulang?" setelah tualang yang teramat panjang. Sekian lama hampa mengitari relung, memijak dinding-dinding rasaku hingga menyeruak sesak di kedalam jiwa. Aku merintih, tertatih jalani hari-hari tanpamu. Tanpa kekasih hati.

Di sini ada sebuah pintu yang mendamba ketukmu. Sejauh apapun kau pergi, aku masih menyedia tempat untuk kau singgahi walau kau tak benar-benar sungguh. Seisi ruang yang lama terabai kerap meraung menanti kepulanganmu.

"Telah kusiapkan segelas kopi beraroma kenang paling linang." Racikan nikmat dengan air mata didih yang lama tertahan saat kau tak berada di sampingku. Berlapis-lapis kepedihan menggelegak di dada yang kehilangan peluk, bergelas-gelas kesedihan kutuang dari hati yang terbuang. Namun sekeping cinta untukmu masih utuh menunggu, tak habis-habis menyemoga semesta tuk hidangkan restu.

Andai langkahmu tak jua menjejak di ceruk hatiku yang telaga, andai labuhmu bukan pada dermaga hatiku yang berjelaga, andai benar bukan aku yang akan kau jadikan rumah yang ramah menyambut ragamu pulang, tak apa, sungguh tak apa.

"Menanti di ujung nestapa." Bagiku bukan suatu kebodohan, entah berakhir temu atau  hanya semu. Tubuhku yang menantimu mungkin akan terdayuh waktu, menua bersama harapan yang renta, sukma yang selalu teguh menyantuni palung akan tetap berharap kau pulang, dengan utuh, dan sungguh.

Balikpapan, 18 Januari 2022

***
Demikian Kumpulan Puisi Cinta Kecewa Singkat Karya Kei Naz yang dikirim oleh penulis untuk dimuat dalam web ini. 

(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi

Post a Comment