Novel Filosofi Randa Tapak karya Muraz Riksi
Table of Contents
Kata Pengantar
Buku ini saya persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, keluarga besar, semua sahabat sebagai sampah kata. Teruntuk pelangi yang mengajariku tentang rindu dan melalui senyumnya telah ia warnai hari-hariku. Kepada semua kerabat yang telah berbagi pengalaman, cerita hidup dan motivasi sehingga Filosofi Randa Tapak ini menjadi sebuah karya kecil untuk dibaca.
Singkat cerita, novel ini juga sampah kata saya, sebelumnya Antologi Puisi yang mengangkat judul Sampah Kata Seniman Bisu. Dan novel ini saya pastikan benar-benar sampah kata. Memulai kisah tentang gambaran adat budaya aceh, lalu dilanjutkan tentang kisah hidup seorang pemuda melalui biografi ia kisahkan hidupnya dan juga terselip cerita yang mengisahkan kisah cinta. Saat membacanya akan cukup membingungkan, yang mana kisah utamanya akan tergabung dengan kisah-kisah lainnya.
Di dalamnya terdapat latar belakang tempat, tokoh dan alur cerita yang semua itu hanyalah imaji dari penulis. Mohon dimaklum, sebagai Sarjana Pertanian mengenal tentang sastra dan menulisnya hanya secara otodidak karena perasaan, cerita dari teman-teman, dari pengalaman dan kehidupan sekitar. Semuanya adalah tulisan yang bertujuan untuk menyampaikan kebaikan. Ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk.
Filosofi Randa Tapak merupakan awal dari kisah pengembaraan Randa menjelajah kehidupan, ini adalah edisi pertama. Dan masih akan ada edisi-edisi berikutnya.
Kabupaten Bireuen, 23 November 2019
Muraz Riksi
Filosofi Randa Tapak adalah buku keempat yang akan segera terbit. Randa Tapak adalah nama ilmiah dari bunga liar yang tumbuh di daerah dataran tinggi. Sebagian bisa ditemukan di lereng gunung. Bunga ini tidak setenar Edelweis namun filosofinya lebih tajam dan cadas.
Blurb/ Sinopsis :
Filosofi Randa Tapak
“Di manapun ia jatuh di tempat itulah ia akan tumbuh”...
Sebelum benar-benar kuhapus Lembah Telaga Mane dari hidupku, ada baiknya untuk menjawab rasa penasaran akan pelajaran di puncak bukit itu. Sembari kaki yang menyonsong jalan setapak, raut-raut wajah pohon terdiam. Tak ada nyanyian burung atau hewan lain yang menyapaku. Aku benar-benar sepi, sendiri dalam jalan yang tak pasti. Aku tak ingin menoleh kebelakang, tatapanku hanya alang-alang. Tibaku di puncak bukit, aku berbalik badan “Fabiayyi ala irabbikuma tukadziban”, mulutku tidak berkompromi, Kalam Allah terus terucap dan hati ikut berbisik “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”. Berulang-ulang kalam itu meyulam pikiranku yang robek, berderu dengan nafas dan berdebat dengan dada yang terjerat keputusasaan. Masih saja kalimat Sang Pemilik Alam “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” berdengung keras di kepalaku.
Untuk teman-teman yang ingin memiliki E-Booknya silakan download di sini.
***
Demikian sinopsis Novel Filosofi Randa Tapak karya Muraz Riksi.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Sampah Kata Seniman Bisu
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Penulis Amatiran Dari Pinggiran
Secarik Ocehan Basi Tak Lebih Dari Basa-Basi
Post a Comment