Rahasia Faraz Pada Vita dan Keluarganya Cerpen Paling Sedih
Table of Contents
Cerpen Paling Sedih “Rahasia Faraz pada Vita dan Keluarganya”
Oleh Muraz Riksi
Di ruang tengah, ada satu perempuan berparas cantik sedang disidang oleh keluargaku. Tak lain di sana ada ayah, tante, adik perempuanku dan sepupu laki-lakiku.
Aku berdiri di depan pintu, karena tidak diizinkan masuk. Hanya mendengar tentang persoalan apa yang sedang mereka bahas.
***
Awal cerita, aku adalah anak yang tak diinginkan. Aku diperlakukan selayaknya pembantu di rumah ini.
Aku yang berpenampilan seperti tukang kebun, setiap harinya bekerja mengurus rumah.
Vita selalu mengantar laporan keuangan kerumah untuk diperiksa dan ditandatangani oleh ayah.
Aku yang selalu menyuguhkan secangkir tea hangat untuk Vita. Sembari ia menunggu diperiksanya laporan oleh ayahku, aku selalu menemaninya sekedar mengobrol hal-hal kecil. Kadang aku bercerita tentang impianku untuk menjadi seorang penulis hebat.
Aku sangat nyaman dengannya, meski ia sendiri tidak tahu bahwa aku adalah anak laki-laki satu-satunya dari atasannya sendiri. Baginya aku sosok sederhana yang ramah dan menyenangkan.
Ayah marah denganku dan menghukumku sebagai anak yang tidak dianggap. Aku selalu menolak setiap keinginannya. Setelas lulus Sekolah Menengah Atas, aku memilih kuliah di dalam negeri dengan jurusan yang kusuka. Sedang ayah ingin aku kuliah di luar negeri agar nanti bisa menggantikannya mengurus perusahaan.
***
Vita nama dari perempuan yang sedang disidang itu. Tanteku berencana menikahkan putranya dengan Vita. Namun ayahku menentangnya.
Sepupuku itu bernama Dion, dia adalah anak satu-satunya tanteku. Semenjak kecil ia selalu dimanjakan tante. Hingga suatu hari, ia tergila-gila dengan Vita.
Dion menduduki jabatan Manajer di perusahaan ayah sedangkan Vita adalah sekretaris pribadi ayah.
Vita kala itu tidak melanjutkan kuliah karena terkendala dengan biaya. Namun tanteku adalah wanita sosialita yang memanfaatkan keadaan Vita untuk ketenaran dirinya sendiri.
Hampir setiap hari ia berkunjung ke rumah Vita dan berlagak sebagai sosok penyelamat untuk keluarga Vita. Aku kagum dengan sikap saling tolong menolong namun hal yang tidak kusukai adalah memposting keadaan Vita di Media Sosial.
Setelah lulus kuliah, tanteku meminta kepada ayah agar Vita dimasukkan dalam perusahaannya.
Vita adalah perempuan yang cerdas dan gigih sehingga karena kejelian dan ketekunannya ia mendapatkan posisi sebagai sekretaris pribadi ayah.
Ayah sangat suka dengan orang-orang yang gigih dalam bekerja namun ada satu sikap yang tidak baik pada ayah. Ia selalu menilai orang lain dengan harta.
Karena itulah ayah menolak keras akan rencana tante untuk menikahkan Dion dengan Vita.
Sedangkan Vita sendiri tidak memiliki perasaan sedikitpun kepada Dion. Hanya sepupuku saja yang tergila-gila dengannya.
Vita merasa berhutang budi dengan tante sehingga awalnya ia tidak berani menolak permintaan dari tanteku.
Hal yang paling menyakitkan bagi Vita adalah kata-kata kasar yang dilontarkan ayah kepadanya. Penghinaan demi penghinaan diterimanya. Aku sangat geram melihat kejadian itu.
Isak tangisnya terdengar sampai keluar ruangan, matanya menggambarkan penyesalan besar. Hatiku sakit, seakan ikut merasakan apa yang sedang dialaminya.
Tidak tahan lagi dengan penghinaan dari ayah, Vita pun angkat bicara.
Maafkan aku buk, aku tidak bisa menerima perjodohan ini. Aku dari keluarga tidak berada, jauh levelnya dengan keluarga ini. Selama ini pun aku telah nyaman dengan seseorang, dia yang setiap harinya menemaniku ketika menunggu laporan selesai diperiksa oleh bapak. Semua tercengang mendengar pengakuannya.
"Kau tahu, siapa sosok yang kau sukai itu?" Tanya Dion.
"Ya aku cukup tahu, dia sederhana dan rendah hati. Meski ia hanya pembantu di rumah ini" balas Vita.
Setelahnya tanteku meluapkan kemarahannya kepada Vita, karena Vita pun menyatakan bahwa ia tidak ingin menikah dengan Dion. Tanteku meminta semua uang yang telah diterima oleh Vita dari awal kuliah hingga lulus dan biaya hidup dengan neneknya untuk secepatnya dikembalikan kepada tanteku.
Aku mendengar semua pengakuannya Vita di balik pintu. Batinku, uang tidak bisa membeli hidup orang lain. Vita mungkin sangat menyesali telah menerima semua biaya kuliah dari tanteku.
Tanpa memberikan tanggapan lagi, Vita beranjak keluar. Wajahnya dipenuhi air mata. Perasaanku sakit seperti tertusuk pecahan kaca ketika melihat isak tangis Vita.
Saat membuka pintu dan keluar dari ruangan, Vita hampir menabrakku. Persekian detik aku bertatapan dengannya dan kemudian ia pergi dari rumahku.
Tanteku tetap bersikukuh dengan rencananya namun ayah mengancam tante, jika tetap menikahkan Dion dengan Vita maka ayah akan mengusir mereka.
Sebab selama ini semua gaya kehidupan tanteku ditanggung oleh ayah. Bahkan ayah tidak pernah marah dengan sikap tante yang menghambur-hamburkan uang untuk shopping dan kegiatan sosialitanya.
***
Selepas Vita pergi, suasana ruang tengah masih sangat riuh, tanteku bersikeras agar Vita mengembalikan semua uang yang telah diterimanya. Dari mulutnya keluar ancaman, jika ia tidak membayarnya maka ia akan menyesalinya seumur hidup.
"Berapa uang yang harus diganti olehnya?", timpalku setelah masuk kedalam ruang tengah.
Aku sangat marah sekali, detik itu juga aku mentransfer uang ke rekeningnya tante. "Tante silakan cek rekeningmu, apakah itu cukup?".
Wajahnya bingung, semua menatap tanteku.
Darimana kau punya uang sebanyak ini? Bukankah kau hanya duduk di rumah saja?
Lontaran kalimat tanya dari tanteku.
"Aku bekerja dari rumah", ucapku singkat.
"Tante tahu dengan penulis buku yang bernama Faraz?", tanyaku.
Yang setiap novel-novelnyanya best seller itu kak? Tanya adik perempuanku.
Ya, itu adalah nama penaku. Sengaja aku menggunakan nama samaran. Jika kalian tidak percaya, silakan periksa ke kamarku. Ada banyak naskah berserakan di sana.
"Satu lagi, ayah aku minta maaf selama ini tidak pernah menuruti semua keinginanmu. Aku punya impianku sendiri dan tentang jalan hidupku tak satupun orang boleh menentukan sesuai kehendaknya semata", tegasku dengan raut wajah marah.
Disaat berjalan keluar dari ruang tengah, aku berdiri sejenak tanpa menoleh sedikitpun kebelakang.
"Perempuan yang sembari menangis saat keluar dari ruangan ini adalah orang yang aku sayangi. Siapapun yang mencoba mengganggunya akan berurusan denganku. Ayah, aku tidak peduli keluarga ini akan merestuiku atau tidak, aku akan pergi menemuinya. Nyatanya selama ini juga aku tidak pernah dianggap dikeluarga ini. Bahkan kalian semua memperlakukanku selayaknya pembantu. Terlepas anggapan kalian hukuman buatku karena tidak menuruti keinginanmu ayah." Tegasku dengan suara lantang penuh amarah.
***
Beranjakku pergi menuju rumahnya Vita, setibanya di sana nenek sedang menangis karena khawatir dengan Vita. Saat menelpon neneknya, Vita menangis hebat. Ia pun belum pulang semenjak tadi.
Perasaanku menjadi tidak karuan, pikiranku hanyalah Vita. Aku berusaha mencarinya kesana kemari. Hingga sore hari, ia pun belum pulang.
Aku duduk bersama nenek di depan rumahnya. Tak lama kemudian, aku melihat Vita berjalan sempoyongan. Air mata di wajahnya terlihat begitu deras mengalir. Meski tak terdengar lagi suara dari lisannya.
Vita, panggilku. Ia menatapku dengan wajah lusuh. Aku mendekatinya, tak sepatah kata lagi ku ucapkan selain pelukan dariku.
Tangisannya pecah, ia menangis sejadi-jadinya. Vita tenangkan dirimu, ucapku. Aku melepaskan pelukanku. Menarik wajahnya mengarah ke wajahku sehingga aku dengannya saling bertatapan.
Vita dengarkan baik-baik, semua tuntutan dari Mamanya Dion sudah kulunaskan. Kamu tidak perlu lagi khawatirkan soalan itu.
Vita, aku tidak mengerti dengan apa yang kurasakan diawal kita bertemu. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku menyayangimu sepenuh hati.
Air matanya kembali jatuh, ia memelukku dengan erat tanpa mengucapkan sepatah kata.
Dalam pelukan itu, aku berkata dengan lembut, "Vita mulai hari ini aku akan selalu bersamamu".
*** Tamat ***
***
Demikian Cerpen Sedih dan Romantis Karya Muraz Riksi dengan judul Rahasia Faraz Pada Vita dan Keluarganya.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Post a Comment