Simbiosis Mutualisme dan Insting Manusia oleh Muraz Riksi
Table of Contents
"Simbiosis Mutualisme dan Insting Manusia"
Jangan terlalu baperan jadi orang, jangan juga merasa paling dibutuhkan. Dewasa ini orang-orang saling menghargai karena saling membutuhkan, itu saja. Kalau kata kerennya sich, Simbiosis Mutualisme.
Yang anehnya, mereka bisa berpura-pura dan seakan tidak ada kepentingan satu sama lain. Mungkin kita mengenal naluri hewan adalah insting untuk bertahan hidup.
Lalu bagaimana dengan manusia?
Apakah memiliki naluri atau insting?
Jawabannya ya. Hanya saja ada banyak tipe. Namun yang lumrah ditemui meski tidak diakui oleh manusia itu sendiri adalah saling memanfaatkan satu sama lain.
Insting manusia bertahan hidup adalah merasa raja dan berkuasa bila memiliki harta. Bicaranya pun seakan-akan motivasi dan yang lebih parah lagi setiap ucapannya adalah kebenaran yang tidak boleh dibantah.
Sebaliknya manusia yang kekurangan harta akan menghamba pada yang berkuasa. Mengiyakan setiap kata dari yang berkuasa. Parahnya ada yang menjadi penjilat, ada yang suka menghasut dan semua itu tidak lepas dari kepentingannya masing-masing. Tepatnya sich nalurinya sebagai manusia untuk bertahan hidup.
Cuma yang membuat saya bingung, mereka sama-sama punya kepentingan tapi mengabaikan dengan dalihnya berbagai alasan. Atau mereka sebenarnya sama-sama sadar tapi diabaikan asalkan kepentingannya masing-masing tercapai.
Lucu ya, manusia itu ibaratkan kehilangan akal sehatnya. Berbicara kepentingan bersama tapi ujung-ujungnya untuk kebutuhan diri sendiri.
Ego, sombong, angkuh dan merasa paling benar adalah bagian dari manusia, yang membedakan adalah kadarnya saja.
So, mau jadi manusia yang sok asik di keramaian dengan banyak kebisingan atau menyendiri untuk mendapatkan keheningan dan lebih mengenal akan sosok Tuhan.
"Dunia yang kau kejar hari ini adalah ujian karena pada akhirnya dari setiap ucapan, perbuatan dan harta yang kau miliki akan dimintai pertanggungjawaban".
Aceh, 2 Desember 2023
Baca Juga : Puisi, Cerpen dan Cerbung Muraz Riksi Lainnya
***
Demikian opini tentang sikap untuk diri sendiri karya Muraz Riksi.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Post a Comment