Eps 23 Skenario Drama Part 1 Novel Bidara Bukan Bidara Season 2 Oleh Rita Mayasari
Table of Contents
Malam terus merayap hingga fajar datang bertamu..
Bidara yang begitu lelap menjelajahi dimensi mimpi, terusik oleh hangat sentuhan jemari dipipinya.
Perlahan ia membuka mata.
Sebuah senyuman menyapa tatapan kosongnya.
Senyuman yang pernah ia rindukan sebelum semua perasangka buruk memenuhi ruang hati dan fikirannya.
Kini, tiap senyuman dan tatapan hangat Ammar tak ubah lakonan semata dimata Bidara.
Bidara kembali memejamkan mata, sebab ia tak bisa memikirkan apa yang harus dan akan terjadi jika ia membuka mata didepan lelaki yang saat ini sangat ingin ia hindari.
Ammar menghela nafas yang terasa begitu berat, seakan bisa meledakkan dadanya begitu saja.
Ia tak bisa menebak apa yang ada di pikiran isterinya itu. Tidak ada tatapan kebencian, tak ada kemarahan dan tak pula terlihat cinta dimata wanita yang meluluhkan hatinya itu.
Tanpa sadar ia mengusap kasar wajahnya sendiri. Ia semakin gusar dengan gemuruh perdebatan antara hati dan fikiran.
Diraihnya pucuk kepala sang isteri, mengusap lembut rambut wanita itu seraya menuturkan isi hatinya " Dara, entah kau mendengarku atau tidak, tapi aku berharap kau dengarkan ini..
Aku tak tau apa yang sesungguhnya terjadi diantara kita, yang jelas aku merindukan senyuman yang dengan susah payah selalu kau sembunyikan, aku merindukan semu merah diwajahmu ketika kau malu-malu, aku bahkan merindukan kata-kata ketus mu saat kau menjaga jarak antara kita. Diam mu ini serasa membunuhku perlahan.
Baiklah, aku akan pamit sekarang, karena ada beberapa pertemuan penting yang tidak bisa aku tunda. Aku akan berusaha menyelesaikan semua secepatnya dan akan kembali kesini". Setelah berpamitan, Ammar mengecup lembut kening Bidara, ia pun melangkah perlahan keluar dari ruangan tersebut.
Bulir-bulir air laksana kristal bergulir dari pelupuk mata Bidara.
Setelah suara pintu tertutup, Bidara kembali membuka matanya. Entah kenapa ia merasakan ketulusan dalam tutur kata suaminya.
Namun logikanya menolak untuk percaya. "Setelah apa yang terlihat, setelah semua yang terjadi, aku tak lagi bisa membedakan antara dusta atau kejujuranmu Ammar. Dan yang lebih memuakkan, kenapa aku harus merasakan patah hati disaat aku benar-benar menyadari dasar dari hubungan kita adalah perjanjian.
Hanya saja aku yang terbiasa denganmu, dengan perhatianmu diantara dingin sikapmu, kau yang meratukan aku, memperlakukan aku dengan layak, membuatku menjadi serakah ingin memiliki hatimu. Padahal aku seharusnya tau, kau hanya menjalani peranmu, seharusnya aku pun mengikuti skenario drama kita, bukan mengharapkan cinta.." suara hati Bidara yang terus menghakimi dirinya.
"Kau menginginkan cinta Bidara? Hahaha..
Bangunlah dari mimpimu, kau yang kotor dan hina berkhayal tentang cinta? sadarlah.. dunia hanya bercanda ketika menawarkan bahagia, terima saja takdirmu, buang keserakahanmu" tanpa sadar Bidara berteriak disela tangis sembari menampar wajahnya.
Tanpa ia tahu, dibalik pintu ada sepasang telinga yang mendengar ratapannya.
Lelaki itu mengepalkan tangannya, dengan pikiran gusar melanglang buana. Lalu ia pun meninggalkan Rumah Sakit dengan hati yang terluka.
Post a Comment