Cinta yang Terlarang Kumpulan Puisi Jejak Hati Karya Kei Naz

Table of Contents
Cinta yang Terlarang Kumpulan Puisi Jejak Hati Karya Kei Naz

Puisi cinta adalah ungkapan hati yang paling universal dan mendalam. Melalui rangkaian kata yang indah, puisi cinta menggambarkan berbagai nuansa perasaan, mulai dari kebahagiaan saat cinta menyapa, kerinduan yang tak bertepi, hingga kesedihan saat kehilangan. Setiap baitnya mampu menyentuh relung hati terdalam, menghidupkan emosi yang terkadang sulit diucapkan dalam kata-kata biasa.

Cinta, dalam segala bentuknya, adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis. Ia mengalir dalam hubungan antara dua insan, kasih sayang kepada keluarga, hingga cinta yang melampaui batas waktu dan ruang. Puisi-puisi cinta mengajak kita untuk merenungkan makna sejati cinta dan menghargai keindahan yang dibawanya.

Melalui puisi cinta, kita diajak untuk merasakan, memahami, dan menghargai cinta dalam setiap dimensinya. Dengan bahasa yang puitis, puisi ini menjadi medium untuk menyampaikan perasaan, menciptakan kenangan, dan menyentuh hati siapa saja yang membacanya. Berikut teks puisinya:

Cinta yang Terlarang

Puisi Kei Naz

 

Di bawah langit yang bisu 

Berbalut kabut, kita bertemu 

Dalam diam yang memeluk

Kita terjebak

Menggenggam rasa yang terlarang, tak terucap namun menggema 

Dalam bayang, kita hilang jangkau

 

Cinta kita, seperti cahaya yang tersembunyi 

Terselubung kabut, tak terjamah oleh dunia 

Terlarang namun berkilau, meski harus tersembunyi 

Tertutup oleh bisu waktu, tak dapat kita rengkuh 

 

Dalam kesunyian hati berdialog ragu 

Hening menjadi saksi atas ribuan janji 

Yang terpendam di bilik waktu 

Berjuta kata terkadang tak mampu terucap 

Kita terbelenggu di ruang yang tak tampak 

Namun jelas terlihat guratan nadi cinta 

Menggambarkan pucuk yang bertaut ranting 

Memberi seluruhnya pada takdir yang terpendam 

 

Bukan salah kita, bukan salah rasa 

Namun takdir yang tak ingin kita rangkul 

Di antara desah dan doa, kita terpisah 

Cinta ini tetap tersembunyi di relung hati.

----------

Kei _naz/Lentera_merindu

 

JEJAK HATI

Di celah waktu jejakmu terukir

bumantara bergetar

menyentuh kedalaman jiwa 

dersik rindu mengalun   

seketika rinai mengguyur hati

basahi gundah 

sebagian dadanya yang buncah

terperangkap dalam bianglala rasa 

 

Syahdu tirakat kerinduan

memilin jemari

menasbihkan namamu 

renjana bergetar

saat bayangmu jamah kalbu 

bersimpuh di atas kenangan

ketika tawa masih belia

tumbuh tanpa aduh 

senyum terpatri membingkai kenang

di jejak hati yang tak memudar 

adakah serpih rasa ini

mampu menghapus cinta yang abadi 

 

kisah yang kita ukir

dalam tawa dan derai 

kehilangan membayangi

namun harapan tak sirna 

aku menanti

dalam setiap hembusan angin 

menggenggam erat kenangan

takkan pernah pergi 

cinta ini abadi

di dalam jiwa yang setia 

 

ketika bintang-bintang bersinar

hatiku berdialog 

langkah yang melaju ke arahmu

telah lebih dulu dilumat kesedihan 

betapa masygul

mengenang setiap jengkal sentuhanmu

di tubuh puisiku 

resah ini mendekam

dalam jeruji kerinduan

sepasang netra menantimu

di tiap kedip 

sebab engkau adalah cahaya

yang takkan pernah redup 

sebab sajak-sajak berdegup

tatkala kau ada 

 

dan ketika malam menjelang

nyala unggun harapan menerangi 

sebuah nuraga

tak pernah lelah menunggu

selalu ingin kembali 

dalam keheningan

kutemui cinta abadi 

tak terpisah oleh jarak

sekujur rasa ini menakar debar 

sebuah perjalanan menanti

yang takkan pernah usai 

sekalipun duka berkelindan

di ruang sepi kau memanggilku 

 

"kembalilah mataku adalah payung untuk hujan juga kemarau, musim-musim terlahir tanpa nama di dadaku, tubuhku rumah bagi jiwamu, maka kembalilah!".

Puisi enjabemen

Oleh Kei_Naz /Lentera_merindu

 

Tema puisi kehilangan

Judul BEJANA HARAP

Oleh Kei_naz/Lentera_merindu

 

aku terbangun di pagi yang sunyi

mendapati diri tanpa jejak 

seakan telah lama dihapus laju waktu 

raga ini terasa lumpuh

 jiwa hilang arah 

setiap langkah tersirat ragu

seperti bayang yang melupa 

dan tak lagi tahu siapa dirinya 

di sini di ruang hampa ini

belenggu sunyi memasung kekang

tak memberi ruang

pada raung yang meratapi hilang

 

lara batin teramat dalam

lebih dari sekadar luka yang terlihat 

ia merayap seperti racun

perlahan menggerogoti jiwa 

menyusup ke setiap pori, kesadaran tanpa suara 

ini bukan sekadar sakit yang bisa diraba atau dilihat 

tapi derita yang membekas di ruas sudut pikiran 

seperti goresan yang tak pernah hilang meski waktu terus berjalan 

aroma hampa menyelubungi diri

seakan tak ada lagi udara yang memberi hidup

setiap hembusan terasa kosong 

seperti menghirup udara yang kehilangan makna 

raga ini siapa? tak lagi ku kenali

 

aku terbawa arus melawan derasnya kehidupan 

yang terus mengalir tanpa peduli ingin ku 

seonggok tubuh yang tak berdaya

kehilangan pegangan terombang-ambing dalam kebingungan 

jejak sunyi yang kutinggalkan di sepanjang jalan ini

tak pernah bisa kutemukan kembali 

bahkan bayangan diri sendiri pun hirap entah dimana

dalam riuhnya dunia yang terus bergerak

 

terkadang dalam sepi yang memeluk

aku bertanya pada deru angin 

apakah hening ini ladang yang harus ku semai rasa 

angin hanya menghembuskan dingin menusuk

seolah menelan penggalan aksaraku

ataukah aku hanya sisa waktu yang terbuang tanpa jejak 

aku bertanya pada bayang yang kini lenyap di balik tirai ingatan 

yang semakin menua seperti bunga  layu sebelum sempat mekar 

atau mungkin laju perahu tanpa tuju 

tak ada tempat bersandar terombang-ambing tanpa arah 

dan dalam kesendirian ini aku terdiam

menatap ruang hampa  yang asing

 tak ada ratap, hanya guratan bening di pelupuk 

dan sisa-sisa pilu yang tak mampu ku seka lagi

 

aku tak tahu ke mana harus mencari atau bagaimana 

aku bisa menemukan diri yang hilang 

selaksa bejana harap yang mulai surut 

seperti lentera yang samar di ujung lorong gelap 

meskipun kekosongan ini terasa mencekik

jauh di lubuk hatiku 

masih tersimpan percik-percik harapan 

bagai kunang-kunang yang menerangi gulita 

ada cahaya kecil yang tetap menyala menuntunku 

untuk terus berjuang menemukan diriku yang hilang 

mungkin dalam jejak yang menghilang di sebuah lorong yang entah

 

aku akan menemukan kembali diri yang rapuh 

yang telah lama terbenam dalam debu waktu 

dan bayanganku yang terlupakan kembali menyapa 

mencerminkan siapa aku yang sebenarnya 

atau barangkali di sana dalam keheningan itu 

akan kutemukan moksa pembebasan dari segala keresahan 

serta kedamaian yang selama ini kucari

---------------

Balikpapan 28 Desember 2024

 

Tema  Patah Hati

Judul: Nestapa Kepedihan

Oleh Kei_Naz/Lentera_merindu

 

Malam kelam menyelimuti hati, sunyi merayap merasuki jiwa, hanya raung dalam dada meronta jerit sebab dirajam hampa bertubi-tubi, mengulum pedih perpisahan. Cinta yang dulu hangat kini hanya sebatas kenangan, kisah kasih yang muskil, mustahil hirap, bak bunga layu, mati jiwanya terombang ambing deru bayu.

 

Berserak kepingan ingat, menusuk relung jiwa bagai belati tajam, air mata tumpah ruah, tak terbendung. Langkah ini dibelenggu nestapa kepedihan, merantai hati, penuh luka rindu menganga. Jiwa ini terbelah, separuhnya hilang seiring pergimu.

 

Di bawah sinar purnama, luruh cahaya tak mampu menghalau kegelapan meski benderang, sebab hati yang retak tak mampu berpijak walau dihujani gemerlap, sebab cinta hilang tanpa bilang, sedang aku masih merapal mantra pulangmu berulang kali, menguras tabah berkali-kali.

 

Barangkali, di rumah paling duka-- tempat dimana kau lukis ribuan getas janji dengan darah yang mengucur dari setiaku, kehilangan selalu tumbuh bagai tak kenal musim, terkadang menjadi deras hujan di mataku, atau menjadi musim semi, meranggas mimpi-mimpi pilu hingga jatuh tanpa cemas, lalu disana kau mengubah masa depanmu menjadi perpustakaan yang sering kita kunjungi, dengan buku-buku cerita yang menuliskan kisahnya sendiri. Dan satu-satunya yang ingin ku baca adalah serumpun sajakmu paling tuah yang kau namai; patah hati.

---------------

Puisi prosa

Balikpapan, 28 Desember 2024

***
Demikian contoh puisi cinta dan patah hati karya Kei Naz. 

(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...

Post a Comment