Cinta yang Terlarang Kumpulan Puisi Jejak Hati Karya Kei Naz
Cinta yang Terlarang
Puisi Kei Naz
Di bawah langit yang bisu
Berbalut kabut, kita bertemu
Dalam diam yang memeluk
Kita terjebak
Menggenggam rasa yang terlarang, tak terucap namun
menggema
Dalam bayang, kita hilang jangkau
Cinta kita, seperti cahaya yang tersembunyi
Terselubung kabut, tak terjamah oleh dunia
Terlarang namun berkilau, meski harus tersembunyi
Tertutup oleh bisu waktu, tak dapat kita rengkuh
Dalam kesunyian hati berdialog ragu
Hening menjadi saksi atas ribuan janji
Yang terpendam di bilik waktu
Berjuta kata terkadang tak mampu terucap
Kita terbelenggu di ruang yang tak tampak
Namun jelas terlihat guratan nadi cinta
Menggambarkan pucuk yang bertaut ranting
Memberi seluruhnya pada takdir yang terpendam
Bukan salah kita, bukan salah rasa
Namun takdir yang tak ingin kita rangkul
Di antara desah dan doa, kita terpisah
Cinta ini tetap tersembunyi di relung hati.
----------
Kei _naz/Lentera_merindu
JEJAK HATI
Di celah waktu jejakmu terukir
bumantara bergetar
menyentuh kedalaman jiwa
dersik rindu mengalun
seketika rinai mengguyur hati
basahi gundah
sebagian dadanya yang buncah
terperangkap dalam bianglala rasa
Syahdu tirakat kerinduan
memilin jemari
menasbihkan namamu
renjana bergetar
saat bayangmu jamah kalbu
bersimpuh di atas kenangan
ketika tawa masih belia
tumbuh tanpa aduh
senyum terpatri membingkai kenang
di jejak hati yang tak memudar
adakah serpih rasa ini
mampu menghapus cinta yang abadi
kisah yang kita ukir
dalam tawa dan derai
kehilangan membayangi
namun harapan tak sirna
aku menanti
dalam setiap hembusan angin
menggenggam erat kenangan
takkan pernah pergi
cinta ini abadi
di dalam jiwa yang setia
ketika bintang-bintang bersinar
hatiku berdialog
langkah yang melaju ke arahmu
telah lebih dulu dilumat kesedihan
betapa masygul
mengenang setiap jengkal sentuhanmu
di tubuh puisiku
resah ini mendekam
dalam jeruji kerinduan
sepasang netra menantimu
di tiap kedip
sebab engkau adalah cahaya
yang takkan pernah redup
sebab sajak-sajak berdegup
tatkala kau ada
dan ketika malam menjelang
nyala unggun harapan menerangi
sebuah nuraga
tak pernah lelah menunggu
selalu ingin kembali
dalam keheningan
kutemui cinta abadi
tak terpisah oleh jarak
sekujur rasa ini menakar debar
sebuah perjalanan menanti
yang takkan pernah usai
sekalipun duka berkelindan
di ruang sepi kau memanggilku
"kembalilah mataku adalah payung untuk hujan juga
kemarau, musim-musim terlahir tanpa nama di dadaku, tubuhku rumah bagi jiwamu,
maka kembalilah!".
Puisi enjabemen
Oleh Kei_Naz /Lentera_merindu
Tema puisi kehilangan
Judul BEJANA HARAP
Oleh Kei_naz/Lentera_merindu
aku terbangun di pagi yang sunyi
mendapati diri tanpa jejak
seakan telah lama dihapus laju waktu
raga ini terasa lumpuh
jiwa hilang arah
setiap langkah tersirat ragu
seperti bayang yang melupa
dan tak lagi tahu siapa dirinya
di sini di ruang hampa ini
belenggu sunyi memasung kekang
tak memberi ruang
pada raung yang meratapi hilang
lara batin teramat dalam
lebih dari sekadar luka yang terlihat
ia merayap seperti racun
perlahan menggerogoti jiwa
menyusup ke setiap pori, kesadaran tanpa suara
ini bukan sekadar sakit yang bisa diraba atau dilihat
tapi derita yang membekas di ruas sudut pikiran
seperti goresan yang tak pernah hilang meski waktu terus
berjalan
aroma hampa menyelubungi diri
seakan tak ada lagi udara yang memberi hidup
setiap hembusan terasa kosong
seperti menghirup udara yang kehilangan makna
raga ini siapa? tak lagi ku kenali
aku terbawa arus melawan derasnya kehidupan
yang terus mengalir tanpa peduli ingin ku
seonggok tubuh yang tak berdaya
kehilangan pegangan terombang-ambing dalam kebingungan
jejak sunyi yang kutinggalkan di sepanjang jalan ini
tak pernah bisa kutemukan kembali
bahkan bayangan diri sendiri pun hirap entah dimana
dalam riuhnya dunia yang terus bergerak
terkadang dalam sepi yang memeluk
aku bertanya pada deru angin
apakah hening ini ladang yang harus ku semai rasa
angin hanya menghembuskan dingin menusuk
seolah menelan penggalan aksaraku
ataukah aku hanya sisa waktu yang terbuang tanpa jejak
aku bertanya pada bayang yang kini lenyap di balik tirai
ingatan
yang semakin menua seperti bunga layu sebelum sempat mekar
atau mungkin laju perahu tanpa tuju
tak ada tempat bersandar terombang-ambing tanpa arah
dan dalam kesendirian ini aku terdiam
menatap ruang hampa
yang asing
tak ada ratap, hanya
guratan bening di pelupuk
dan sisa-sisa pilu yang tak mampu ku seka lagi
aku tak tahu ke mana harus mencari atau bagaimana
aku bisa menemukan diri yang hilang
selaksa bejana harap yang mulai surut
seperti lentera yang samar di ujung lorong gelap
meskipun kekosongan ini terasa mencekik
jauh di lubuk hatiku
masih tersimpan percik-percik harapan
bagai kunang-kunang yang menerangi gulita
ada cahaya kecil yang tetap menyala menuntunku
untuk terus berjuang menemukan diriku yang hilang
mungkin dalam jejak yang menghilang di sebuah lorong yang
entah
aku akan menemukan kembali diri yang rapuh
yang telah lama terbenam dalam debu waktu
dan bayanganku yang terlupakan kembali menyapa
mencerminkan siapa aku yang sebenarnya
atau barangkali di sana dalam keheningan itu
akan kutemukan moksa pembebasan dari segala keresahan
serta kedamaian yang selama ini kucari
---------------
Balikpapan 28 Desember 2024
Tema Patah Hati
Judul: Nestapa Kepedihan
Oleh Kei_Naz/Lentera_merindu
Malam kelam menyelimuti hati, sunyi merayap merasuki jiwa,
hanya raung dalam dada meronta jerit sebab dirajam hampa bertubi-tubi, mengulum
pedih perpisahan. Cinta yang dulu hangat kini hanya sebatas kenangan, kisah
kasih yang muskil, mustahil hirap, bak bunga layu, mati jiwanya terombang
ambing deru bayu.
Berserak kepingan ingat, menusuk relung jiwa bagai belati
tajam, air mata tumpah ruah, tak terbendung. Langkah ini dibelenggu nestapa
kepedihan, merantai hati, penuh luka rindu menganga. Jiwa ini terbelah,
separuhnya hilang seiring pergimu.
Di bawah sinar purnama, luruh cahaya tak mampu menghalau
kegelapan meski benderang, sebab hati yang retak tak mampu berpijak walau
dihujani gemerlap, sebab cinta hilang tanpa bilang, sedang aku masih merapal
mantra pulangmu berulang kali, menguras tabah berkali-kali.
Barangkali, di rumah paling duka-- tempat dimana kau lukis
ribuan getas janji dengan darah yang mengucur dari setiaku, kehilangan selalu
tumbuh bagai tak kenal musim, terkadang menjadi deras hujan di mataku, atau
menjadi musim semi, meranggas mimpi-mimpi pilu hingga jatuh tanpa cemas, lalu
disana kau mengubah masa depanmu menjadi perpustakaan yang sering kita
kunjungi, dengan buku-buku cerita yang menuliskan kisahnya sendiri. Dan
satu-satunya yang ingin ku baca adalah serumpun sajakmu paling tuah yang kau
namai; patah hati.
---------------
Puisi prosa
Balikpapan, 28 Desember 2024
Baca Juga : Gubahan Puisi Karya Kei Naz Lainnya
***
Demikian contoh puisi cinta dan patah hati karya Kei Naz.
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Post a Comment