11 Puisi Kopi dan Hujan Paling Romantis yang Bikin Hati Meleleh

Table of Contents
11 Puisi Kopi dan Hujan Paling Romantis yang Bikin Hati Meleleh

Kopi dan hujan sering kali menjadi inspirasi bagi para penyair untuk mengekspresikan perasaan cinta dan kerinduan. Kombinasi antara aroma kopi yang hangat dan suasana hujan yang menenangkan menciptakan nuansa romantis yang mendalam. Berikut adalah sepuluh puisi kopi dan hujan paling romantis yang dapat Anda nikmati:

1. Pagi Hujan dan Secawan Kopi
Oleh: Isbedy Stiawan ZS

pagi hujan saat kukunjungi kamarmu,
suatu minggu di bulan januari tahun silam
lalu secawan kopi kauseduh dan kausaji
di meja bilik yang gigil.

alat pendingin menderu-deru menaburkan gigil.
“rapatlah padaku, makin rekat.”
dingin ini bisa mengirim kematian
dan secawan kopi membikinku mabuk, aroma jalan,

pegunungan, kebun-kebun dari bunga kopi:
“tanah yang pernah kausebut kampung kopi ini
kini terlah berganti kota yang disesaki maal,
swalayan, ataupun ruko.

secawan kopi membukaku jalan menuju tubuhmu pualam:
aku pun berselancar seperti di atas lantai salju
“reguk tumpas kopi secawan lagi, aku kusajikan bagimu.”
tapi, aku mau kopi dari tubuhmu...

Catatan: Dulu Lampung dikenal sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di Tanah Air dengan rasa kopi yang khas, sehingga daerah ini identik dengan daerah kopi, selain cengkih dan lada. Kini nyaris hilang, sejumlah mal, swalayan, dan rumah kota seakan menyulap Lampung menjadi kota metropolis dengan taraf kehidupan yang konsumtif.

Puisi ini menggambarkan suasana pagi yang hujan saat penyair mengunjungi kekasihnya. Secawan kopi yang disajikan menjadi simbol kehangatan dan kedekatan di tengah dinginnya cuaca. Melalui aroma kopi, kenangan akan kampung halaman yang dulu dikenal sebagai "kampung kopi" kembali teringat, meskipun kini telah berubah menjadi kota yang modern. Puisi ini menekankan bagaimana secawan kopi dapat membuka jalan menuju keintiman dan nostalgia.

2. Kopi Tubruk
Oleh: Fikar W. Eda

Segelas kopi tubruk
Dalam basah hujan
Takengon di balik Singahmata
Ribuan cahaya bagai garis
Merentang sampai ujung danau

Musim dingin jadi beku
Dari warung berdinding kayu
Mereka seduh kisah
Tentang kerawang
Terong Belanda
Dan tusam
Yang dicuri
Sisa kopi tubruk makin pahit di lidah!

Catatan: Takengon adalah nama ibukota Kabupaten Aceh Tengah; Singahmata adalah nama gunung di gerbang Takengon; Kerawang adalah ornamen khas Gayo.

Dalam puisi ini, segelas kopi tubruk dinikmati di tengah hujan di Takengon, sebuah kota di Aceh. Kopi menjadi saksi bisu dari cerita-cerita tentang budaya dan alam setempat, seperti kerawang, terong Belanda, dan tusam yang dicuri. Rasa pahit sisa kopi tubruk di lidah menggambarkan kepahitan hidup yang dirasakan, namun tetap dihargai sebagai bagian dari perjalanan hidup.

3. Kopi Pagi
Oleh: Fikar W. Eda

Matahari pucat dalam segelas kopi
Dicampur setengah sendok bintang temaram
Sisa tadi malam
Diaduk dengan tangkai bulan sabit
Diseduh dalam panas airmatamu
Kuseruput lagi pagi ini
Tetes demi tetes perih petani
Di cafe pencakar langit

Di Gayo
Kopi adalah nafas kehidupan
Dituang dalam cangkir harapan

Kopi juga nafas cinta
Diminum penuh gelora
Dari bibir cakrawala

Ayo seduh kopi
Kita teguk dunia!
Dunia!
Dunia!

Catatan: Puisi ini dibacakan dalam pentas Didong Massal 2000 seniman, mencatat Rekor MURI pementasan Didong terbanyak, sekaligus memecah Rekor MURI minum kopi terbanyak di Lapangan Sengeda Bener Meriah pada tanggal 13 Januari 2013.

4. Kopi Bila
Oleh: Raedu Basha

Bila kopi panas itu tak ada
Hujan deras dan malam yang dingin
Mimpi-mimpi yang tak pasti
Kekasih yang tak setia

Bila cangkir itu pecah
Ampas kopi yang lebih pahit
Dari kekecewaan yang ada

Bila kopi panas itu tak ada
Hujan deras dan malam yang dingin
Mimpi-mimpi yang tak pasti
Kekasih yang tak setia

Puisi ini menyentuh tema kekecewaan, harapan, dan ketidakpastian dalam kehidupan. Kopi panas menjadi simbol harapan dan kenyamanan di tengah hujan deras dan malam yang dingin. Ketidakpastian akan mimpi dan ketidaksetiaan kekasih digambarkan melalui ketiadaan kopi panas dan cangkir yang pecah, mencerminkan kekecewaan yang lebih pahit daripada ampas kopi.

5. Secangkir Kopi Kenangan
Oleh: Faisal Handoy

Secangkir kopi ku buat
Saat hujan turun di pagi hari
Mengingatkan ku pada dirimu
Yang masih terdiam di ruang hati

Rasa panas kopi ini
Seperti amarah yang masih merekah
Hujan membawa ingatan
Yang bercucuran tentangmu

Secangkir kopi kenangan
Menghangatkan rindu yang tertahan
Pada dirimu yang jauh di sana
Dalam setiap tetes hujan

Puisi ini menceritakan tentang secangkir kopi yang dibuat saat hujan turun di pagi hari, membawa kembali kenangan tentang seseorang yang masih terdiam di ruang hati. Rasa panas kopi menggambarkan amarah yang masih merekah, sementara hujan membawa ingatan yang bercucuran tentang masa lalu.

6. Harapanku
Oleh: Doktercinta

Semoga mentari bersinar lagi
Setelah hujan berhari-hari
Seperti secangkir kopi hitam
Menghiasi setiap pagi

Doa ku panjatkan pada-Nya
Sang Maha Pengasih dan Penyayang
Agar harapan ini terwujud
Dalam hangatnya sinar mentari

Semoga mentari bersinar lagi
Setelah hujan berhari-hari
Seperti secangkir kopi hitam
Menghiasi setiap pagi

Doa ku panjatkan pada-Nya
Sang Maha Pengasih dan Penyayang
Agar harapan ini terwujud
Dalam hangatnya sinar mentari

Dalam puisi ini, penulis berharap agar mentari dapat bersinar kembali setelah hujan yang berhari-hari. Hujan yang digambarkan seperti secangkir kopi hitam menghiasi setiap pagi, mencerminkan suasana hati yang berharap akan cerahnya hari dan terkabulnya doa oleh Sang Maha Pengasih.

7. Aku Sudah Bosan
Oleh: Om Addha

Aku sudah bosan
Menulis tentang senja
Tentang kopi, hujan, dan rindu

Tapi aku tak pernah bosan
Untuk bersama denganmu
Saat ini dan nanti

Puisi ini mengungkapkan kebosanan penulis dalam menulis tentang senja, kopi, hujan, dan rindu. Meskipun bosan, ada keinginan kuat untuk bersama seseorang saat ini, menunjukkan kerinduan dan kebutuhan akan kehadiran orang terkasih di tengah rutinitas yang monoton.

8. Di Sebuah Kedai Kopi
Oleh: Hony

Di sebuah kedai kopi
Malam yang hangat
Hujan turun perlahan

Melodi melankolis mengalun
Menambah keindahan malam
Hujan tetap mengalun
Di antara putaran melodi sepi

Mengingatkan pada masa lalu
Yang lembab seperti suasana malam
Di pelabuhan ratu

Puisi ini menggambarkan suasana malam yang hangat di sebuah kedai kopi saat hujan turun. Melodi melankolis yang mengalun menambah keindahan malam, sementara hujan tetap mengalun di antara putaran melodi sepi, meminjamkan ingatan tentang masa lalu yang lembab seperti suasana malam di pelabuhan ratu.

9. Hujan dan Kopi
Oleh: Anonim

Hujan dan kopi
Teman setia di malam sunyi
Tetes hujan mengiringi tegukan kopi
Menenangkan jiwa yang sepi

Aroma kopi mengingatkan
Kenangan manis bersamamu
Dalam setiap tetes hujan
Rindu ini semakin menggebu

Puisi ini menggambarkan bagaimana hujan dan kopi menjadi teman setia di malam yang sunyi. Setiap tetes hujan yang jatuh seolah mengiringi setiap tegukan kopi, menciptakan harmoni yang menenangkan jiwa dan membawa kenangan manis bersama orang terkasih.

10. Rindu dalam Secangkir Kopi
Oleh: Anonim

Secangkir kopi di pagi hari
Menghangatkan rindu di dada
Hujan turun perlahan
Mengiringi kenangan kita

Setiap tegukan membawa bayanganmu
Setiap aroma menghadirkan senyummu
Dalam hujan dan secangkir kopi
Aku masih mencintaimu

Dalam puisi ini, secangkir kopi menjadi medium untuk menyampaikan rasa rindu yang mendalam. Aroma dan rasa kopi yang khas mengingatkan penulis pada kenangan bersama kekasih, membuat setiap tegukan kopi terasa seperti pelukan hangat di tengah hujan yang turun.

11. Senandung Hujan dan Kopi
Oleh: Anonim

Rintik hujan menari di jendela,
Mengiringi aroma kopi yang setia,
Hangat uapnya membelai wajah,
Seperti kenangan yang tak pernah punah.

Di tiap tegukan, ada rindu mengalun,
Menggema lirih di sudut ruang,
Hujan menyanyikan melodi pilu,
Mengantar hati pada bayang-bayang.

Kopi hitam dan langit kelabu,
Menyatu dalam kisah sendu,
Hujan merintik, kopi menenangkan,
Hatiku tetap kau rindukan.

Puisi ini menggambarkan bagaimana hujan yang turun dan secangkir kopi menciptakan melodi indah yang menemani malam penulis. Kombinasi suara hujan dan aroma kopi membawa ketenangan dan inspirasi, membuat penulis merenungkan cinta dan kehidupan dengan lebih dalam.

*** Puisi-puisi di atas menunjukkan betapa kuatnya hubungan antara kopi, hujan, dan perasaan cinta. Setiap puisi menawarkan perspektif unik tentang bagaimana elemen-elemen ini dapat menciptakan suasana romantis dan mendalam. Semoga puisi-puisi ini dapat menginspirasi Anda dan menambah kehangatan di hari-hari hujan Anda.

Post a Comment