Dibalik Jeruji Diam Puisi Kei Naz
Table of Contents
Di balik Jeruji Diam
"Tak semua luka berteriak aduh, sebagian memilih bisu, terpenjara dalam jeruji diam. Di baliknya, ada rindu yang diasuh oleh perih, serta tangis yang tak pernah mendapat pelukan"
Luka yang ku toreh selalu menjadi naskah suci di ingatanmu—kau hafal setiap bab, kau tandai setiap salahku dengan tinta merah yang tak pernah pudar. Tapi luka darimu? Ia bagimu hanyalah angin lalu. Tak sempat kau kenang, apalagi kau anggap nyata. Kau tak pernah benar-benar menoleh ke arah tangis yang tak bersuara, tak pernah bertanya tentang peluh yang kering di jalan yang aku tempuh untuk mencintaimu.
Kau pilih menjadi hakim atas jejakku yang satu, memvonis tanpa ruang banding. Tapi tak sekalipun kau mau menjadi saksi dari ribuan pedih yang kau tancapkan diam-diam di tubuh dan jiwaku. Ketika aku berbuat salah, kau berdiri di atas podium tinggi, menunjuk-nunjuk kesalahanku seakan itu seluruh kisah kita. Tapi ketika kau menyakitiku, kau menghilang dalam kabut sepi, seolah tak terjadi apa-apa.
Aku mencintaimu dalam bentuk paling tenang yang aku bisa. Aku menahan, menunggu, memaafkan, dan memaklumi hal-hal yang tak selalu adil. Tapi, mencintaimu juga berarti membungkam suara hatiku sendiri, menenggelamkan bahagiaku agar luka kita tidak semakin lebar. Aku berharap kau akan melihat semua itu. Bahwa aku pun manusia. Bukan dewa pengampun, bukan batu yang tak retak, bukan bayangan yang kau tarik dan lepas sesukamu.
Dan kalau suatu saat aku memilih pergi, bukan karena aku berubah, apalagi menyerah. Tapi karena tak ada yang lebih menyakitkan dari terus-menerus mencintai, lalu dicurigai. Dari bertahan dengan dada terbuka, tapi terus dituding menyimpan belati. Aku lelah menjadi terdakwa dari cerita yang tak adil, letih dijatuhi hukuman atas luka yang bahkan bukan aku yang memulai. Aku ingin keluar dari panggung di mana aku selalu diminta menjelaskan, tapi tak didengar.
Jika ini harus berakhir, biarlah aku jadi tokoh yang pamit diam-diam—bukan karena kalah, tapi karena tak lagi ingin bertarung sendiri di perang yang harusnya kita perjuangkan bersama.
----------
Kei Naz/Lentera_Merindu
21/05/2025
Balikpapan
Baca Juga : Gubahan Puisi Karya Kei Naz Lainnya
***
Demikian puisi dibalik jeruji diam karya Kei Naz.
(Catatan Penutup)
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Terima kasih telah berkunjung ke website Sampah Kata.
Salam kopi pahit...
Post a Comment